Between Me, You, and Him
.
.
Author:
Aisyah
a.k.a Cloudisah
.
Cast:
OC’s Choi
Ji Rin
ZE:A’s Si
Wan
Infinite’s
Woo Hyun
.
Warning: Typo and OOC... Happy reading ^^
###
Maukah kau kuberitahukan
tentang kisah cintaku yang bertepuk sebelah tangan?
Menyedihkan memang
kelihatannya. Tidak hanya bertepuk sebelah tangan, melainkan aku ditolak
mentah-mentah! Perlu diberi huruf tebal, garis miring, serta garis bawah... Ditolak
mentah-mentah!
Oh tidak, ini tidak seperti
sebuah drama melankolis dengan musik yang menyayat hati sebagai latarnya. Ini
bahkan lebih dari itu. Hatiku bagaikan tercabik-cabik saat itu. Aku hancur.
Bahkan jika aku ingin melebih-lebihkan, lebih baik aku mati saja.
Sungguh, aku benar-benar
bisa gila.
Siang itu, sepulang kuliah
seperti biasanya aku selalu mampir ke kedai es krim milik Lee Ahjumma. Kedai es krim itu sudah ada di
persimpangan jalan menuju rumahku sejak aku lahir. Aku tak pernah tahu kapan
persisnya kedai itu berdiri. Karena menurut ingatanku yang tak begitu kuat ini,
kedai itu sudah ada sejak aku belum masuk Taman Kanak-kanak. Dan sampai aku
sudah duduk di bangku kuliah, kedai es krim itu masih kokoh berdiri dengan
pengunjung yang tak pernah sepi.
Kedai itu tidak cukup besar.
Bisa dibilang terlalu kecil untuk ukuran kedai yang selalu ramai setiap
harinya. Aku sendiri heran kenapa Lee Ahjumma
tak pernah berpikiran untuk memperbesar kedainya atau memindahkannya ke tempat
lain yang lebih besar.
Oke, lupakan mendeskripsikan
mengenai kedai es krim milik Lee Ahjumma
itu.
Yang jelas kedai es krim itu
adalah tempat aku bertemu dengannya pertama kali. Seorang namja berkulit seputih sabun susu domba yang sering dipakai eonni-ku. Tidak ada yang spesial memang
dengan namja berkulit putih itu, toh
di negaraku mayoritas pria-nya berkulit putih.
Hanya saja...
Ia sudah membuatku bertekuk
lutut padanya sejak pertemuan pertama itu. Ia seorang namja manis yang baik hati. Saat itu seorang anak kecil tengah
berlari-lari dan tak sengaja menabraknya hingga es krim yang dibawa namja itu terjatuh. Namun bukannya
memarahi gadis kecil itu –anak kecil itu memakai gaun jadi ia pasti seorang
gadis—ia malah tersenyum dan membelikan gadis itu es krim.
Yah benar, hanya sesederhana
itu. Dan aku langsung jatuh hati padanya.
Sejak itulah aku semakin
sering ke kedai es krim ini untuk bisa bertemu dengannya. Sepertinya Tuhan
sangat sayang padaku sehingga tak butuh waktu lama aku dan dia menjadi teman
baik. Tak jarang kami sering menghabiskan waktu hingga sore hari di sebuah
taman kecil tak jauh dari kedai es krim.
Kami lebih sering
menghabiskan waktu bertiga, sih. Dengan seorang sahabatku sejak kecil yang juga
seorang namja. Kebanyakan orang
berfikir tak ada persahabatan yang abadi antara yeoja dan namja. Tapi itu
tidak berlaku untukku dan Woo Hyun. Kami sudah bersahabat sejak di Sekolah
Dasar hingga kuliah sekarang. Dan hubungan kami tentu saja tak lebih dari
sahabat.
Ngomong-ngomong tentang Woo
Hyun, ini dia yang menjadi permasalahannya.
Setelah membeli es krim di
kedai milik Lee Ahjumma, aku
memutuskan untuk menunggu Si Wan—pria yang sudah membuatku jatuh hati—karena
kami sudah terbiasa untuk mengobrol di taman. Siang itu aku nekat untuk
mengutarakan perasaanku pada Si Wan. Gila memang. Karena aku sudah membuang
jauh harga diriku untuk menyatakan perasaanku pada seorang namja. Dan ini adalah hal tergila pertama yang pernah aku lakukan
seumur hidupku.
Si Wan datang tak lama
setelah aku duduk di bangku panjang taman di dekat sebuah ayunan besi yang
sudah terlihat berkarat di beberapa bagiannya. Seperti biasa, ia selalu membeli
es krim vanilla kesukaannya. Dengan
nafas memburu dan tak teratur, serta dengan berusaha mengatur detak jantungku,
aku berusaha menampilkan senyum terbaikku pada Si Wan setelah ia memposisikan
tubuhnya duduk di sampingku.
Kau tahu bagaimana rasanya
presentasi di depan kelas namun kau tak menguasai materi yang akan kau
presentasikan? Gugup? Yah seperti itulah kondisiku ketika itu.
Setelah berbincang-bincang
kecil dan menghabiskan es krim kami masing-masing, aku mulai menatap Si Wan
dengan ekspresi paling serius yang kubisa. Si Wan menatapku dengan wajah polos
seperti biasanya. Dan itu sukses membuatku semakin gugup tak tertahankan.
Berkali-kali aku menguatkan
diriku. Aku terus mensugesti diriku kalau aku pasti bisa melakukannya.
Ayolah Ji Rin, kau pasti bisa! Nyatakan perasaanmu sekarang
juga!
Begitulah kira-kira aku
mensugesti diriku sendiri waktu itu.
“Si Wan-ssi...”
Suaraku begitu pelan
berharap ia tak mendengar ucapanku. Sehingga dengan begitu aku bisa membatalkan
aksi nekatku untuk menyatakan perasaanku.
“Hmm?” Oh sial. Ia
mendengarnya.
“Ada, ada sesuatu yang ingin
kubicarakan denganmu,” aku berusaha mengalihkan atensiku dari wajah polosnya.
Memilih untuk menatap bebatuan kecil yang ada didepanku kupikir lebih baik
untuk mengurangi rasa gugupku.
“Bicara saja,” jawabnya
datar. Yah, namja satu ini memang
terkesan pelit kata-kata.
“Aku menyukaimu!” seruku
cepat dan berharap angin membawa pergi suaraku sejauh mungkin dan tak merambat
ke pendengaran Si Wan.
“Nde??!” nada suara Si Wan meninggi dengan ekspresi kuriositas yang
tercetak jelas di wajah tampannya. Aku masih belum berani menatapnya dan hanya
memperhatikannya dari sudut mataku.
“A, aku.. Aku tak memerlukan
jawabanmu sekarang. Aku, aku hanya... hanya menyatakan perasaan yang aku pendam
padamu selama ini. Jika kau, eumm jika kau-”
“Mianhe,” potongnya cepat sebelum aku menyelesaikan kalimatku.
Aku beralih menatapnya yang
kini tengah menatapku dengan ekspresi bersalah. Oh tidak, kumohon jangan
mengatakan kalimat yang tak ingin kudengar. Aku belum siap untuk penolakan atas
pernyataan cintaku. Sungguh memalukan jika aku ditolak untuk pernyataan cintaku
yang pertama kalinya.
“Mian? W, w wae?” ucapku lebih gugup dari sebelumnya. Tanpa sadar
aku meremas bajuku sangat kuat. Bahkan oksigen rasanya bagaikan duri di
paru-paruku.
“Woo Hyun,” ucapnya lemah.
Alisku mengkerut. Woo Hyun?
Memangnya ada apa dengan namja itu.
Apa mungkin Si Wan pikir Woo Hyun menyukaiku begitu? Lantas ia tak enak pada
Woo Hyun?
“Oh, Woo Hyun. Tak apa. Aku
dan Woo Hyun tak ada hubungan lebih selain sahabat. Jadi kau tenang saja,”
jawabku menabak ucapannya dari nama Woo Hyun yang ia ucapkan tadi.
“Bu, bukan begitu Ji Rin-ssi. Sebenarnya, eum.. sebenarnya...”
“Mwo?” tanyaku tak sabaran.
Si Wan kali ini menatapku
serius dan menggenggam kedua tanganku erat. Tanpa sadar kedua sudut bibirku
tertarik dan aku sudah mulai membayangkan Si Wan yang juga memiliki perasaan
yang sama denganku.
“Aku menyukainya,” ucapnya
dengan teramat-sangat-jelas.
Sudut bibirku yang sudah
tertarik sempurna, lantas berubah dengan kedua belah bibirku yang menganga
lebar. Aliran waktu seolah terhenti. Si Wan masih menggenggam erat tanganku
tanpa berniat untuk melepaskannya.
“Sejak pertama kali kau
membawa Woo Hyun ke sini, saat itulah aku langsung menyukainya. Aku, aku..
sungguh menyukainya Ji Rin-ssi.”
Aku melepaskan tanganku dari
genggamannya secepat kecepatan cahaya. Ini tidak benar. Ini gila. Aku tak tahu
siapa yang gila di sini. Aku kah? Atau namja
yang duduk di sampingku ini kah?
Setelahnya aku seperti mati
rasa. Tanpa mengucapkan separah katapun, aku bangkit berdiri dan berniat
meninggalkan taman ini lantas berlari secepat yang aku bisa untuk kembali ke
rumah. Sialnya saat aku hendak melangkahkan kakiku, seseorang yang tadi menjadi
objek pembicaraan kami muncul dengan wajah tanpa dosanya.
Tanpa menyapa Woo Hyun, aku
langsung berlari meninggalkan kedua namja
itu. Berlari dari hal gila yang baru saja terjadi.
Oh tunggu. Aku menghentikan
langkahku saat sudah berada di luar area taman. Aku menatap Woo Hyun yang duduk
di tempat yang tadi kududuki dan bercengkrama dengan Si Wan. Mendadak pikiran
yang tidak-tidak muncul dalam pikiranku.
Jangan katakan jika selama
ini hubungan persahabatanku dengan Woo Hyun terjalin abadi karena Woo Hyun juga
sebenarnya... sama seperti Si Wan?
Seluruh bulu romaku meremang
memikirkannya. Dengan cepat aku kembali berbalik dan berlari meninggalkan
taman. Cintaku bertepuk sebelah tangan karena hal gila ini? Gila. Benar-benar
gila.
Yah, kau tak akan tahu apa
yang aku rasakan saat itu hingga saat ini. Cintaku ditolak karena hal gila!
Mungkin mulai sekarang aku
harus berhati-hati jika menyukai seorang pria. Jika kau membaca ceritaku ini,
kau juga harus memikirkan matang-matang tentang orang yang kau sukai. Selidiki
dulu apakah orang itu memiliki kelainan atau tidak. Karena bisa jadi... Kau
akan memiliki nasib yang sama denganku...
.
.
FIN
Ulalalaaaa... sekian lama nggak nulis tau-tau aja dapat
inspirasi beginian... bhahahha....
Sukak pake banget sama Si Wan setelah nonton drama Mi Saeng
:D
Yah, rada telat sih hari gini baru nonton Mi Saeng, hihii...
Makasih aja deh buat kamu-kamu yang sudah rela menyakiti mata
demi membaca cerita awkward bin absurd inih J
Pai-pai....