Be Happy^^

No More Pain, No More Cry (: (:

Minggu, 28 Juni 2015

(Fanfiction) Between Me, You, and Him


Between Me, You, and Him
.
.

Author:
Aisyah a.k.a Cloudisah

.

Cast:
OC’s Choi Ji Rin
ZE:A’s Si Wan
Infinite’s Woo Hyun

.

Warning: Typo and OOC... Happy reading ^^

###

Maukah kau kuberitahukan tentang kisah cintaku yang bertepuk sebelah tangan?

Menyedihkan memang kelihatannya. Tidak hanya bertepuk sebelah tangan, melainkan aku ditolak mentah-mentah! Perlu diberi huruf tebal, garis miring, serta garis bawah... Ditolak mentah-mentah!

Oh tidak, ini tidak seperti sebuah drama melankolis dengan musik yang menyayat hati sebagai latarnya. Ini bahkan lebih dari itu. Hatiku bagaikan tercabik-cabik saat itu. Aku hancur. Bahkan jika aku ingin melebih-lebihkan, lebih baik aku mati saja.

Sungguh, aku benar-benar bisa gila.

Siang itu, sepulang kuliah seperti biasanya aku selalu mampir ke kedai es krim milik Lee Ahjumma. Kedai es krim itu sudah ada di persimpangan jalan menuju rumahku sejak aku lahir. Aku tak pernah tahu kapan persisnya kedai itu berdiri. Karena menurut ingatanku yang tak begitu kuat ini, kedai itu sudah ada sejak aku belum masuk Taman Kanak-kanak. Dan sampai aku sudah duduk di bangku kuliah, kedai es krim itu masih kokoh berdiri dengan pengunjung yang tak pernah sepi.

Kedai itu tidak cukup besar. Bisa dibilang terlalu kecil untuk ukuran kedai yang selalu ramai setiap harinya. Aku sendiri heran kenapa Lee Ahjumma tak pernah berpikiran untuk memperbesar kedainya atau memindahkannya ke tempat lain yang lebih besar.

Oke, lupakan mendeskripsikan mengenai kedai es krim milik Lee Ahjumma itu.

Yang jelas kedai es krim itu adalah tempat aku bertemu dengannya pertama kali. Seorang namja berkulit seputih sabun susu domba yang sering dipakai eonni­-ku. Tidak ada yang spesial memang dengan namja berkulit putih itu, toh di negaraku mayoritas pria-nya berkulit putih.

Hanya saja...

Ia sudah membuatku bertekuk lutut padanya sejak pertemuan pertama itu. Ia seorang namja manis yang baik hati. Saat itu seorang anak kecil tengah berlari-lari dan tak sengaja menabraknya hingga es krim yang dibawa namja itu terjatuh. Namun bukannya memarahi gadis kecil itu –anak kecil itu memakai gaun jadi ia pasti seorang gadis—ia malah tersenyum dan membelikan gadis itu es krim.

Yah benar, hanya sesederhana itu. Dan aku langsung jatuh hati padanya.

Sejak itulah aku semakin sering ke kedai es krim ini untuk bisa bertemu dengannya. Sepertinya Tuhan sangat sayang padaku sehingga tak butuh waktu lama aku dan dia menjadi teman baik. Tak jarang kami sering menghabiskan waktu hingga sore hari di sebuah taman kecil tak jauh dari kedai es krim.

Kami lebih sering menghabiskan waktu bertiga, sih. Dengan seorang sahabatku sejak kecil yang juga seorang namja. Kebanyakan orang berfikir tak ada persahabatan yang abadi antara yeoja dan namja. Tapi itu tidak berlaku untukku dan Woo Hyun. Kami sudah bersahabat sejak di Sekolah Dasar hingga kuliah sekarang. Dan hubungan kami tentu saja tak lebih dari sahabat.

Ngomong-ngomong tentang Woo Hyun, ini dia yang menjadi permasalahannya.

Setelah membeli es krim di kedai milik Lee Ahjumma, aku memutuskan untuk menunggu Si Wan—pria yang sudah membuatku jatuh hati—karena kami sudah terbiasa untuk mengobrol di taman. Siang itu aku nekat untuk mengutarakan perasaanku pada Si Wan. Gila memang. Karena aku sudah membuang jauh harga diriku untuk menyatakan perasaanku pada seorang namja. Dan ini adalah hal tergila pertama yang pernah aku lakukan seumur hidupku.

Si Wan datang tak lama setelah aku duduk di bangku panjang taman di dekat sebuah ayunan besi yang sudah terlihat berkarat di beberapa bagiannya. Seperti biasa, ia selalu membeli es krim vanilla kesukaannya. Dengan nafas memburu dan tak teratur, serta dengan berusaha mengatur detak jantungku, aku berusaha menampilkan senyum terbaikku pada Si Wan setelah ia memposisikan tubuhnya duduk di sampingku.

Kau tahu bagaimana rasanya presentasi di depan kelas namun kau tak menguasai materi yang akan kau presentasikan? Gugup? Yah seperti itulah kondisiku ketika itu.

Setelah berbincang-bincang kecil dan menghabiskan es krim kami masing-masing, aku mulai menatap Si Wan dengan ekspresi paling serius yang kubisa. Si Wan menatapku dengan wajah polos seperti biasanya. Dan itu sukses membuatku semakin gugup tak tertahankan.

Berkali-kali aku menguatkan diriku. Aku terus mensugesti diriku kalau aku pasti bisa melakukannya.

Ayolah Ji Rin, kau pasti bisa! Nyatakan perasaanmu sekarang juga!

Begitulah kira-kira aku mensugesti diriku sendiri waktu itu.

“Si Wan-ssi...”

Suaraku begitu pelan berharap ia tak mendengar ucapanku. Sehingga dengan begitu aku bisa membatalkan aksi nekatku untuk menyatakan perasaanku.

“Hmm?” Oh sial. Ia mendengarnya.

“Ada, ada sesuatu yang ingin kubicarakan denganmu,” aku berusaha mengalihkan atensiku dari wajah polosnya. Memilih untuk menatap bebatuan kecil yang ada didepanku kupikir lebih baik untuk mengurangi rasa gugupku.

“Bicara saja,” jawabnya datar. Yah, namja satu ini memang terkesan pelit kata-kata.

“Aku menyukaimu!” seruku cepat dan berharap angin membawa pergi suaraku sejauh mungkin dan tak merambat ke pendengaran Si Wan.

Nde??!” nada suara Si Wan meninggi dengan ekspresi kuriositas yang tercetak jelas di wajah tampannya. Aku masih belum berani menatapnya dan hanya memperhatikannya dari sudut mataku.

“A, aku.. Aku tak memerlukan jawabanmu sekarang. Aku, aku hanya... hanya menyatakan perasaan yang aku pendam padamu selama ini. Jika kau, eumm jika kau-”

Mianhe,” potongnya cepat sebelum aku menyelesaikan kalimatku.

Aku beralih menatapnya yang kini tengah menatapku dengan ekspresi bersalah. Oh tidak, kumohon jangan mengatakan kalimat yang tak ingin kudengar. Aku belum siap untuk penolakan atas pernyataan cintaku. Sungguh memalukan jika aku ditolak untuk pernyataan cintaku yang pertama kalinya.

Mian? W, w wae?” ucapku lebih gugup dari sebelumnya. Tanpa sadar aku meremas bajuku sangat kuat. Bahkan oksigen rasanya bagaikan duri di paru-paruku.

“Woo Hyun,” ucapnya lemah.

Alisku mengkerut. Woo Hyun? Memangnya ada apa dengan namja itu. Apa mungkin Si Wan pikir Woo Hyun menyukaiku begitu? Lantas ia tak enak pada Woo Hyun?

“Oh, Woo Hyun. Tak apa. Aku dan Woo Hyun tak ada hubungan lebih selain sahabat. Jadi kau tenang saja,” jawabku menabak ucapannya dari nama Woo Hyun yang ia ucapkan tadi.

“Bu, bukan begitu Ji Rin-ssi. Sebenarnya, eum.. sebenarnya...”

Mwo?” tanyaku tak sabaran.

Si Wan kali ini menatapku serius dan menggenggam kedua tanganku erat. Tanpa sadar kedua sudut bibirku tertarik dan aku sudah mulai membayangkan Si Wan yang juga memiliki perasaan yang sama denganku.

“Aku menyukainya,” ucapnya dengan teramat-sangat-jelas.

Sudut bibirku yang sudah tertarik sempurna, lantas berubah dengan kedua belah bibirku yang menganga lebar. Aliran waktu seolah terhenti. Si Wan masih menggenggam erat tanganku tanpa berniat untuk melepaskannya.

“Sejak pertama kali kau membawa Woo Hyun ke sini, saat itulah aku langsung menyukainya. Aku, aku.. sungguh menyukainya Ji Rin-ssi.”

Aku melepaskan tanganku dari genggamannya secepat kecepatan cahaya. Ini tidak benar. Ini gila. Aku tak tahu siapa yang gila di sini. Aku kah? Atau namja yang duduk di sampingku ini kah?

Setelahnya aku seperti mati rasa. Tanpa mengucapkan separah katapun, aku bangkit berdiri dan berniat meninggalkan taman ini lantas berlari secepat yang aku bisa untuk kembali ke rumah. Sialnya saat aku hendak melangkahkan kakiku, seseorang yang tadi menjadi objek pembicaraan kami muncul dengan wajah tanpa dosanya.

Tanpa menyapa Woo Hyun, aku langsung berlari meninggalkan kedua namja itu. Berlari dari hal gila yang baru saja terjadi.

Oh tunggu. Aku menghentikan langkahku saat sudah berada di luar area taman. Aku menatap Woo Hyun yang duduk di tempat yang tadi kududuki dan bercengkrama dengan Si Wan. Mendadak pikiran yang tidak-tidak muncul dalam pikiranku.

Jangan katakan jika selama ini hubungan persahabatanku dengan Woo Hyun terjalin abadi karena Woo Hyun juga sebenarnya... sama seperti Si Wan?

Seluruh bulu romaku meremang memikirkannya. Dengan cepat aku kembali berbalik dan berlari meninggalkan taman. Cintaku bertepuk sebelah tangan karena hal gila ini? Gila. Benar-benar gila.

Yah, kau tak akan tahu apa yang aku rasakan saat itu hingga saat ini. Cintaku ditolak karena hal gila!

Mungkin mulai sekarang aku harus berhati-hati jika menyukai seorang pria. Jika kau membaca ceritaku ini, kau juga harus memikirkan matang-matang tentang orang yang kau sukai. Selidiki dulu apakah orang itu memiliki kelainan atau tidak. Karena bisa jadi... Kau akan memiliki nasib yang sama denganku...

.
.
FIN

Ulalalaaaa... sekian lama nggak nulis tau-tau aja dapat inspirasi beginian... bhahahha....
Sukak pake banget sama Si Wan setelah nonton drama Mi Saeng :D
Yah, rada telat sih hari gini baru nonton Mi Saeng, hihii...
Makasih aja deh buat kamu-kamu yang sudah rela menyakiti mata demi membaca cerita awkward bin absurd inih J
Pai-pai....