Dewdrop
.
.
Author:
Aisyah
(@cloudisah)
.
.
Cast:
OC’s Choi Jirin
B.A.P’s
Daehyun
.
.
***
Ugh.
Menyebalkan.
Bagaimana bisa ia melakukan
hal itu pada seorang wanita huh? Terlebih kepada kekasihnya sendiri. Tsk, awas
saja nanti. Ia tidak akan kumaafkan. Tidak-akan-pernah.
“Kenapa malah duduk di balkon? Cuaca sangat
dingin sekarang. Bagaimana kalau nanti kamu masuk angin? Ayo masuk ke dalam.”
Suara sok keren itu adalah suara kekasihku. Yah, kekasihku yang kurang
ajar. Jung Daehyun.
Tanpa memperdulikan
ucapannya barusan, aku hanya menatap dedaunan di dalam pot gantung—dimana ujung
tanaman itu menjuntai melewati pot—yang ujung-ujungnya dibasahi embun.
Sebenarnya tadi malam tidak hujan. Hanya saja karena sekarang sudah mulai
memasuki musim gugur makanya cuaca jadi sedingin sekarang.
Seraya merapatkan sweater yang tengah kukenakan, kupeluk
kedua kakiku yang kulipat. Duduk di atas kursi kayu di balkon di pagi buta
seperti ini memang terlihat konyol. Tapi yah, mau bagaimana lagi. Aku sudah
terlanjur merajuk dengan pria itu.
Kudengar suara helaan nafas
berat di belakangku. Suaranya seperti orang selesai mengerjakan pekerjaan berat
saja. Ckk... Memangnya apa yang ia lakukan semalam? Bukankah ia sudah pasti tidur dengan nyenyak? Tentu saja
begitu. Bagaimana tidak, ia merebut selimut dari dalam kamarku dengan tanpa
rasa bersalah sedikitpun. Selimut satu-satunya yang kubawa ke vila ini. Dan
berakhir dengan aku yang tak bisa tidur karena kedinginan.
“Rin-ah, ayo masuk ke dalam. Nanti kamu hipotermia,” suara Daehyun
memelan. Beberapa sekon berikutnya pria itu sudah berdiri tepat di sampingku.
Aku tak berniat meladeni
ucapannya. Yang kulakukan sekarang hanya mengabaikannya dan memilih menyibukkan
diri menatap burung-burung pemakan biji yang hinggap di dahan pohon bunga
aprikot yang tumbuh persis di sisi luar balkon.
“Kamu marah?”
Kuhembuskan nafas kasar agar
ia mengerti. Tentu saja aku marah. Tanpa ia bertanya seharusnya ia tahu. Lagi
pula yang memaksaku ke vila ini kan dia? Lantas, kenapa ia malah membuat
liburan akhir pekanku menjadi seperti ini? Huh.
“Rin-ah...”
“Kamu masuk saja. Aku sedang
tidak ingin bicara denganmu,” ketusku karena aku memang sedang tidak ingin
mendengar suaranya ataupun melihat wajahnya.
Dan, oh sial.
Ternyata pria itu
benar-benar masuk ke dalam. Ia bahkan tak memintaku masuk bersamanya? Bagus. Benar-benar
kekasih yang kurang ajar.
Tapi, bukankah aku hebat
sekali? Aku sudah menjadi kekasihnya hampir tiga tahun. TIGA TAHUN! Yap, tiga tahun. Bukankah seharusnya
aku mendapat penghargaan karena sanggup menghadapi kekasih seperti itu?
Dari pada aku harus masuk ke
dalam aku lebih memilih kedinginan di balkon ini. Karena aku tidak ingin
Daehyun menganggap rendah harga diriku sebagai wanita. Sekali lagi, aku sedang
merajuk. Dan aku harus menahan dinginnya cuaca pagi ini agar tidak terlihat
lemah.
Dari balkon ini aku bisa
melihat tetesan embun yang jatuh dari ujung mahkota bunga aprikot. Juga embun
yang menetes dari ujung daun di pot gantung itu. Melihat tetesan embun, membuat
suasana hatiku sedikit hangat. Meskipun dinginnya udara terus saja menusuk
permukaan kulitku.
Kurasa tak buruk juga duduk
di balkon ini. Karena aku begitu menyukai tiap tetesan embun yang jatuh dari
ujung dedaunan. Membuatku serasa hangat dan damai di saat yang bersamaan.
Tapi... kenapa mendadak
tubuhku hangat seperti ini?
Eh?
“Daehyun...” gumamku.
Daehyun membawa selimut yang
tadi malam ia rebut dariku dan meletakkannya pada kedua bahuku. Gigi-gigiku
yang sejak tadi bergemeletuk karena menahan dingin, sekarang berganti dengan
mulutku yang terbuka melihatnya yang sekarang duduk tepat di sampingku dan
memelukku.
“Bagaimana? Sudah hangat?”
ucapnya seraya tersenyum—senyum itu sangat menyebalkan sungguh—dan menatap
dalam irisku.
Aku tak berkedip selama
beberapa sekon sebelum akhirnya kekehan dari mulut Daehyun membuatku tersadar
dan berdehem lantas mengalihkan perhatianku dari wajahnya. Selalu saja seperti
ini. Kenapa hatiku selalu luluh dengan senyuman dan tatapan matanya? Ugh. Ayolah
Jirin, kau harus kuat menghadapi kekasihmu ini. Ingatlah, ia sudah merebut
selimutmu dan membuatmu hampir mati kedinginan semalaman.
“Jangan marah lagi ya. Aku
tak berniat merebut selimutmu dan berencana membuatmu mati kedinginan. Aku juga
tidak bisa tidur tadi malam karena khawatir kamu kedinginan. Hanya saja...”
Daehyun menghentikan
ucapannya lantas tangannya terulur menyentuh wajahku agar kembali bersitatap
dengan manik kelamnya. Aku kembali hanya bisa diam. Membiarkan Daehyun
menyelesaikan kalimatnya.
“Kamu tahu kan seminggu
terakhir cuaca semakin dingin. Jadi, maksudku, eum, maksudku... Tidakkah tadi
malam kamu berfikir untuk-”
Lagi-lagi Daehyun
menghentikan ucapannya. Namun tak lama, kedua netraku melebar saat tangannya
semakin erat memeluk tubuhku.
Aliran darahku serasa
terhenti dan mungkin saja wajahku sudah seperti kepiting rebus ketika Daehyun
berucap seduktif tepat di telingaku, “Tidakkah kamu berfikir untuk masuk ke
kamarku lantas tidur bersamaku dan saling menghangatkan satu sama lain—Akkkhh...”
“Dasar pervert!”
Kucubit kuat lengannya yang
bertengger di tubuhku lantas aku segera bangkit dari duduk dan berlari masuk ke
dalam. Sebelum Daehyun melakukan hal yang tidak-tidak padaku. Oh, sekarang aku
menyesal. Mungkin setelah ini aku tidak ingin lagi melihat tetesan embun yang
akan mengingatkanku akan ucapannya barusan. Entah dimanapun itu. Ckk, kau
benar-benar keterlaluan Jung Daehyun.
“Akkh, Jirin. Sakiiiit...”
.
.
FIN
THE KING IS BACK!!!
I just wanna say "WELCOME BACK
B.A.P!!!!!!" ^^