Be Happy^^

No More Pain, No More Cry (: (:

Jumat, 23 Mei 2014

(Cerpen) Mas Pregant



Mas Pregant

.
.

Author:
Aisyah a.k.a Cloudisah

.
.

---^^---

Eung, okey sebenarnya hari libur ini aku sudah punya banyak rencana yang akan dilakukan dari pagi sampai sore nanti. Mulai dari pergi ke pasar berasama ibuku setelah sarapan pagi untuk membeli bahan-bahan membuat bolu kukus nanti sore, lalu siang hari kami sekeluarga akan membuat menu spesial makan siang yaitu membuat ikan bakar bersama, lantas selepas tengah hari aku akan tidur siang –aku sudah lama tidak tidur siang- dan sore hari aku akan membuat bolu kukus. Aku sangat suka membuat berbagai jenis kue.

Tapi semua rencanaku hancur berantakan karena sahabatku –kurasa aku harus memutuskan persahabatan kami sebentar lagi- yang seenaknya menculikku pagi-pagi sekali dan membawaku ke rumahnya. Apa kalian tahu apa yang ia lakukan padaku?

“Aku benar-benar tidak mengerti jalan pikiran wanita”, ia masih berusaha membuat adonan kue tart yang ke-tujuh-kalinya setelah enam adonan sebelumnya gagal total dan berakhir di tempat sampah. “Kenapa ia ingin aku membuatkannya kue tart di hari ulang tahunnya”

“Dan aku tidak mengerti jalan pikiranmu”, jawabku ketus.

“Kenapa denganku?”, ia mengalihkan fokusnya dari adonan dan menatapku yang terduduk pasrah di samping kulkas.

“Aku sudah mengajarimu berkali-kali tapi kau selalu gagal membuatnya. Aku tidak tahu sebenarnya apa yang kau pikirkan selama membuat kue tart itu”

“Aku tentu saja memikirkan kekasihku”, ia memanyunkan bibirnya. Tssk, wajahnya terlihat semakin menyebalkan.

“Kalau kau memikirkan kekasihmu, seharusnya kau bisa membuatnya lebih baik lagi. Kau pikirkan bagaimana kekasihmu bisa memakan kue tart yang gosong huhh?”. Ia mengacuhkanku dan mulai mengambil mixer untuk mengocok adonannya. “Sudah kubilang biar aku yang membuatnya”, sambungku. Aku bahkan sudah mengatakan ini empat kali.

“Eits, ini hadiah spesial untuk kekasihku jadi aku akan membuatnya dengan tanganku sendiri”

“Tapi kau keterlaluan. Aku sudah membimbingmu membuatnya tapi sejak tadi tidak ada hasilnya. Kau sudah mengacaukan hariku”, aku sudah mulai frustasi sekarang. Ini sudah tengah hari dan aku sudah sangat kelaparan. Tadi ia hanya memberiku dua bungkus roti dan segelas susu coklat. Hey, aku orang Indonesia. Orang Indonesia belum makan jika belum bertemu nasi.

“Mas Pregant aku lapar”, erangku karena sejak tadi cacing-cacing di dalam perutku sudah berdemo untuk minta diisi.

“Kau cari di dalam kulkas ada roti”, ia masih berkutat dengan adonannya tanpa menoleh padaku.

“Kau gila... Aku tidak mau makan roti. Aku ingin makan nasi...”

“Tssk, kau ini berisik sekali”

Aku semakin pasrah duduk di samping kulkas. Saat ini orang tua Mas Pregant sedang berada di rumah neneknya di luar kota, jadilah sekarang aku sebagai korban penindasan tak berperikemanusiaan di dapurnya. “Kalau begitu pesankan aku makanan”

“Ckk, sebentar lagi. Aku sedang sibuk...”, ia masih tak mengindahkanku yang sudah diambang hidup dan mati.

“Kalau begitu biar aku yang pesan sendiri”, aku mencoba bangkit berdiri namun ia segera menahanku.

“Kau tidak boleh kemana-mana, kau harus menginstruksikan sampai adonan ini masuk ke dalam oven”

Aku berteriak kesal dalam hati. Pria ini benar-benar seenaknya saja. “Kau ingin melihatku mati kelaparan huh???”

“Kau tidak akan mati tenang saja...”, jawabnya enteng.

Aku menatap jengah padanya. Kalau bukan untuk balas budi karena minggu yang lalu ia rela hujan-hujanan demi menjemputku di minimarket, aku tidak akan sudi melakukan ini untuknya. Oh Tuhan tolonglah aku T_T

---^^---

Jam di pergelangan tanganku sudah menunjukkan angka dua nol nol. Dan sampai jam dua siang ini aku bahkan belum makan sesuap nasipun. Untunglah aku tidak memiliki riwayat sakit maag, kalau tidak tamatlah riwayatku sejak tadi. Dan tepat di jam dua nol nol ini Mas Pregant berhasil membuat kuenya yang ke sembilan. Dan ini adalah kue terakhir karena persediaan tepung dan bahan lainnya sudah habis. Kurasa aku bisa bernafas lega sekarang. Paling tidak sebentar lagi aku bisa menikmati lezatnya makanan pokok bernama nasi.

Dan setidaknya kue ke-sembilan ini adalah yang paling baik dibandingkan delapan sebelumnya meskipun masih ada sedikit gosong dibagian sisinya, toh nanti bisa dipotong.

“Mas Pregant.. Makan”, aku yakin sekarang aku sudah seperti pengemis, ugh menyebalkan.

“Tunggu sebentar ya, aku masih memberi hiasan di atasnya”

“Ckk.. kau dari tadi mengatakan sebentar sebentar dan sebentar. Aku benar-benar sudah tidak tahan lagi..”, aku memandang sebal padanya yang mulai menaburkan choco chip di bagian atas kue tart.

Aku ingin sekali mencakar-cakar wajahnya itu kalau saja aku punya tenaga, sayangnya saat  ini aku benar-benar tidak memiliki tenaga. Aku sedang memiliki masalah dengan cacing-cacing di perutku. Ckk..

“Tadaaa...”, ia mengangkat tart-nya dengan wajahnya seperti seorang anak kecil yang mendapatkan kado super besar di hari ulang tahunnya. “Hey kau tidak senang kalau tart ini akhirnya selesai huh?”, tanyanya lantas meletakkan tart itu kembali ke atas meja karena aku hanya menatap datar padanya.

“Iya, iya aku senaaaaang sekali. Akhirnya penderitaanku akan segera berakhir. Jadi bisakah kita makan sekarang?”

“Sejak tadi kau hanya memikirkan makan saja. Baiklah-baiklah aku tidak mau besok masuk Kaltim Post dan berada di bagian Headline News karena membuat seseorang meninggal karena kelaparan dan tidak memberinya makan”, aku segera melemparkan kain serbet ke wajahnya usai ia menyelesaikan kalimatnya. “Kau mau makan apa? Di kota kita tercinta ini tidak ada Pizza atau Burger atau apapun seperti di TV, jadi bagaimana kalau kita pesan Nasi Padang saja?”

“Yayayaa.. Terserah kau saja, tapi aku tidak mau yang pedas”

“Ckk.. Iya baiklah”, ia lantas pergi keluar meninggalkanku di dapur sendirian.

“Hey, kau mau ke mana??!”

“Mau beli Nasi Padang di seberang rumahku. Ah ya, tolong kau bersihkan dapurku itu oke,, setelah aku kembali harus sudah bersih. Kalau masih berantakan aku tidak akan memberimu makan”, lantas ia segera menghilang keluar rumah.

“Apaaa???!!”. Oh God. Dia benar-benar menyebalkan. Dengan pasrah dan sisa tenaga yang kumiliki aku membereskan dapurnya yang sudah kacau dengan berbagai peralatan dan bahan-bahan yang berserakan.

---^^---

Mungkin kalian akan bertanya kenapa aku memanggilnya “Mas Pregant”. Sederhana, dulu ia salah menyebutkan kata ‘Pregnant’ dengan ‘Pregant’. Dan ia mengatakan ‘Pregant’ berkali-kali sampai akhirnya aku memanggilnya ‘Mas Pregant’ karena kesalahannya itu. Tidak masuk akal memang. Biar saja, toh dia juga tidak protes kupanggil seperti itu.

“Kau sudah membereskan dapurku?”, ia tiba-tiba muncul dan membawa bungkusan hitam.

“Heumm”, gumamku karena saat ini aku sedang fokus menatap layar TV mengenai koalisi Capres 2014.

“Anak pintar... Ya sudah aku ambil piring dulu”, ia berlalu meninggalkanku menuju dapur. Aroma Nasi Padang dari dalam bungkusan hitam itu sudah menguar membuatku tak tahan lagi menyantapnya.

“Kapan kau mengantakan kue itu untuk kekasihmu?”, aku mencoba membuka pembicaraan setelah beberapa menit kami terdiam menikmati makan siang di depan TV.

“Nanti malam sekaligus memberinya kejutan, kenapa? Kau mau ikut?”

Aku mencibirnya, yang benar saja, apa dia pikir aku mau jadi obat nyamuk huh?. “Ckk... Aku kan hanya bertanya, lagi pula untuk apa aku ikut..”

“Yah siapa tau...”, ia terkekeh dan wajahnya terlihat menyebalkan. “Oh ya, kenapa kau tidak cari pacar saja Mer?”

Aku menatap malas padanya lalu mengalihkan perhatianku kembali pada layar TV. Dia kan pasti sudah tahu alasanku.

“Kau mau tidak ikut kontak jodoh? Biar kubantu”, pertanyaannya barusan membuatku sontak hampir melemparkan sendok yang kupegang ke wajahnya. Hey, aku seperti tidak laku saja.

“Kau pikir aku wanita murahan? Sudah kubilangkan aku tidak ingin pacaran saat ini?”

“Iya-iya aku tahu... Tapi kan siapa tahu saja kau berubah pikiran”

Aku mendelik dan mengacuhkan ucapannya. Kalau kuladeni pasti tidak akan ada habisnya. “Setelah ini antar aku pulang..”, pintaku.

“Tidak mau”

“Huh? Jadi kau ingin aku pulang jalan kaki begitu ke rumahku?”, tanyaku tak percaya. Oh kalau begitu aku tidak akan sudi lagi membantunya.

“Temani aku mencari hadiah ulang tahun yaa, setelah itu baru kuantarkau pulang”, pintanya dan menunjukkan puppy eyes-nya yang sama sekali tidak mempan untukku.

“Tidak mau”

“Ayolah Mer..”

“Tsk, aku ingin pulang. Aku ingin tidur siang okey...”

“Umairoh yang baik hati, Umairoh yang manis, Umairoh yang senang menolong, Umairoh yang tidak sombong, Umair-“

“Stop. Stop sampai di situ... Aku bilang tidak mau ya tidak mau. Jangan memaksaku”, aku segera menghabiskan makan siangku. Ugh biarlah aku pulang jalan kaki asal aku tidak menemani pria menyebalkan ini. Aku tahu ia tidak mungkin sebentar kalau sudah ke pasar, dan aku pasti akan kehilangan waktu tidur siangku  yang sangat sulit kudapatkan. “Aku sudah selesai, kalau begitu aku pulang dulu... Bye”

Setelah menenggak segelas air putih, aku segera berlari menuju pintu rumahnya. Dan...

Yeah, sepertinya aku benar-benar sedang menjadi korban penindasan hari ini.

“Kau tidak bisa pergi karena kuncinya ada padaku”, ia mengangkat tinggi-tinggi kunci di tangannya sambil menunjukkan ekspresi kau-harus-menuruti-perintahku.

Ugh, dan hari ini pasti akan berakhir tanpa sesuai dengan rencanaku sedikitpun. Kalau begini caranya aku lebih baik segera mencari lelaki untuk kujadikan pacar T_T

Dan aku hanya bisa terduduk pasrah di depan pintu sambil memeluk lututku, “Mas Pregant kau tega sekali...”

.
.
Fin

Ehm, okey ini cerita nggak ada maknanya sama sekali, nggak jelas ceritanya tentang apaan... ah ini cuman pelampiasan dari pusingnya sama tugas kuliah yang belibet bin bikin mumet.... bhuahahhahahaa
Hellow Mas Pregant, hahaa... Makasih namanya udah boleh aku pinjem dicerita ini dan aku nistakan macam begitu.. hihii... ((yeyeyellalalala))
/dance Wolf bareng Luhan Oppa/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar