Chocolate Love
(Zayn’s Story)
.
.
Author:
Aisyah a.k.a Cloudisah
Casts:
One Direction’s Zayn Malik
OC’s Elizabeth
Lenght:
Ficlet
.
.
<3<3<3
Zayn menyusuri lorong sekolah di lantai dua dengan sedikit
berlari sambil kepalanya ia tolehkan ke setiap kelas yang ia lewati, berusaha
mencari Elizabeth. Ini sudah pukul enam sore dan gadis itu belum pulang ke
rumahnya bahkan ponselnya pun tak bisa dihubungi. Bukan hanya itu, hujan yang
turun cukup deras sejak pukul lima tadi belum ada tanda-tanda akan berhenti sedikitpun.
Tidak menemukan sosok Elizabeth di lantai dua, Zayn segera
turun ke lantai satu kembali berharap bisa menemukan gadis itu. Sekolah bahkan
sudah sepi sekarang, tinggal beberapa siswa yang terjebak hujan setelah
kegiatan ekstrakurikuler. Pria itu bahkan sudah sangat frustasi sekarang.
Bagaimana kalau Elizabeth hilang? Bagaimana kalau ada yang
menculiknya... Atau yang lebih parahnya bagaimana jika ia bunuh diri dari
lantai dua sekolah? Zayn menggelengkan kepalanya, menghilangkan berbagai perkiraan-perkiraan
buruk tentang gadis itu. Elizabeth pasti baik-baik saja.
Satu ruangan yang belum Zayn datangi, yaitu ruangan yang
berada paling pojok di lantai satu, perpustakaan. Sebenarnya Zayn cukup sangsi
mengingat Elizabeth tidak begitu menyukai ruangan yang penuh buku itu, namun
kakinya terus saja melangkah menuju perpustakaan. Perlahan dibukanya pintu
coklat itu, sekedar memastikan apa gadis itu ada di dalam atau tidak.
Dan ekspresi cemasnya tiba-tiba berubah mendapati sosok yang
dicari-carinya sejak tadi sedang tertidur pulas dengan berbantalkan kedua
tangannya yang terlipat di atas meja. Zayn bahkan bisa mendengar dengkuran
halus keluar dari mulut gadis itu. Perlahan ia menghampiri Elizabeth yang
sepertinya tidak terusik dengan suara hujan yang cukup deras di luar. Memang
saat hujan seperti ini adalah saat paling nyaman untuk tidur, tapi paling tidak
gadis itu tidak tertidur di sini dan membuat Zayn cemas.
“El.. Bangun”, Zayn menyentuh pelan bahu Elizabeth. Gadis itu
hanya bergumam pelan namun tak ada tanda ia akan membuka matanya. “El...”, Zayn
sebenarnya tidak tega membangunkan gadis itu, apalagi ia melihat wajah damai
Elizabeth saat tertidur seperti ini.
“Eung..”, perlahan Elizabeth membuka matanya setelah Zayn
mengguncang pelan bahunya. Matanya mengerjap-ngerjap, bahkan sepertinya gadis
itu masih ingin melanjutkan tidurnya. Setelah berhasil membiasakan cahaya yang
masuk ke retina matanya, keningnya saling bertaut saat melihat Zayn duduk di
sampingnya, “Zayn?”
“Kenapa kau tertidur di sini huh? Kau tidak tahu betapa
khawatirnya aku? Aku mencari-carimu ke sekelilling sekolah, dan ternyata kau
malah tertidur di sini... Kau juga tidak tahu kan kalau orang tuamu cemas
mencarimu, kenapa ponselmu tidak bisa dihubungi hah? Bagaimana kalau terjadi
sesuatu yang buruk padamu?”, Zayn langsung menerornya dengan bermacam
pertanyaan.
Elizabeth hanya menarik nafas dalam lalu bangkit dari
posisinya dan menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi. “Kau ini berisik
sekali.. hoaaahm”, dengan tanpa dosanya Elizabeth mengacuhkan ucapan Zayn
barusan lantas merentangkan tangannya untuk sedikit meregangkan otot-otonya.
“Ponselku kehabisan baterai”
Zayn menatap tajam pada Elizabeth yang hanya dibalas dengan
cengiran oleh gadis itu. Zayn akhirnya pasrah, ia tahu ia takkan bisa memarahi
gadis di sampingnya ini. “Jadi, kenapa kau bisa tertidur di sini?”, suaranya
mulai melunak.
Elizabeth nampak berpikir, “Eumm, tadi aku ada kelas tambahan
diskusi Geografi. Yah kau tahulah aku tidak menyukai pelajaran yang berkaitan
dengan diskusi seperti itu, jadi aku membolos ke perpustakaan.. hee”
Zayn menggeleng mendengar pernyataan tidak masuk akal gadis
itu, “Kau membolos hanya karena diskusi?”
“Heum..”, Elizabeth mengangguk sambil membereskan tasnya dan
bersiap untuk bangkit dari duduknya.
“Aku tahu kau hanya pandai di pelajaran eksak, tapi kau tidak
seharusnya membolos saat diskusi kan?”
Elizabeth mengangkat bahunya acuh, “Oh iya, jam berapa
sekarang?”
“Jam enam lebih lima belas menit sepertinya, ya sudah ayo
kita pulang”
Mata Elizabeth membulat sempurnya, “Ya Tuhan orang tuaku
pasti cemas... Bagaimana ini?”
“Aku sudah mengatakan pada mereka kalau kau sedang di sekolah,
mereka pasti mengerti karena sekarang sedang hujan deras”, Zayn menyusul
Elizabeth menuju pintu.
“Hujan?”
Zayn hanya mengangguk lantas berjalan mendahului Elizabeth.
Sedangkan gadis itu masih bergeming di depan pintu perpustakaan sambil memgangi
perutnya. “El kau kenapa?”, Zayn kembali menghampiri Elizabeth.
~kryuuuk
Elizabeth menunduk menahan malu, bahkan wajahnya sudah tampak
memerah sekarang. Zayn menahan tawanya melihat gadis di hadapannya, lalu
mengambil sesuatu dari dalam tasnya. “Kau belum makan siang?”
Yang ditanya hanya mengangguk pelan masih dengan menunduk dan
memegangi perutnya, kakinya bergerak tak nyaman. Tsk, kenapa perutnya
mengeluarkan bunyi nyaring sekali sih? Ia terlalu malu sekarang menatap Zayn.
Ia yakin pria itu pasti akan mentertawakannya habis-habisan dan besok Zayn
tentu akan mengungkit-ungkit kejadian ini lagi.
Zayn menggenggam tangan kiri Elizabeth lalu menyerahkan
sebatang coklat pada gadis itu. “Ini, makanlah.. Aku tahu kau pasti sudah
sangat lapar. Tapi maaf aku hanya punya sebatang coklat ini untukmu”, Zayn
tersenyum hangat saat manik kelamnya betemu dengan manik coklat Elizabeth.
“Sudahlah tidak perlu malu seperti itu. Cepat habiskan lalu setelah itu aku
mengantarmu pulang..”
Elizabeth lagi-lagi mengangguk pelan, “Terima kasih..”. Lalu
setelahnya mereka berdua duduk di kursi panjang di depan ruang perpustakaan,
ditemani suara hujan yang masih saja turun dengan deras di luar sana.
Selagi Elizabeth menghabiskan coklatnya, Zayn menautkan
jemarinya dan sesekali mencuri pandang pada Elizabeth. “El..”
“Hmm?”
“Mengenai minggu lalu, saat aku mengungkapkan perasaanku..
em, yaah”, Zayn menggaruk kepalanya bingung untuk merangkai kalimat yang akan
ia katakan. “K kau, kau tidak perlu menjawabnya dulu. Aku,, aku hanya
menyatakan perasaanku.. jadi, jadii kau...”
Elizabeth tersenyum setelah menghabiskan gigitan terakhir
coklatnya, lalu membuang bungkus coklat itu di tempat sampah yang berada
sekitar tiga meter dari tempat mereka duduk. Seolah mengabaikan kalimat yang
dilontarkan Zayn tadi, ia lantas menarik Zayn untuk berdiri dan berjalan menuju
gerbang sekolah.
Zayn hanya diam selama mereka berjalan, matanya melirik pada
lengannya yang digenggam Elizabeth. Hingga mereka berada di gerbang, hujan
sudah tidak sederas tadi lagi. Elizabeth menghentikan langkahnya dan melepas
genggaman tangannya pada lengan Zayn.
Elizabeth menatap Zayn, pria itu terlihat bersalah dan terlihat
sekali kalau ia berusaha menghindari tatapan Elizabeth.
“Zayn...”, Elizabeth berusaha membuat Zayn menatapnya.
Dengan ragu Zayn menatap Elizabeth, dan mata hitamnya melebar
ketika ia merasakan benda basah dan hangat di pipi kanannya. Elizabet baru saja
menciumnya!
“Ini balasan karena minggu lalu kau berani mencemari pipiku
yang suci”, bisik Elizabeth dengan menunjukkan senyum tipis lantas merebut
payung yang dipegang Zayn dan setelahnya ia berlari meninggalkan sekolah dengan
membawa payung milik Zayn.
Zayn mendadak beku. Ini bukan mimpi kan? Ini nyata kan? Ingin
sekali ia berteriak, ‘Elizabeth menciumku. Ia menciumku.. oh Tuhan..’
“Hey... anak nakal tunggu aku...”, dan Zayn segera mengejar
Elizabeth yang sudah kabur membawa payungnya dan membuatnya terpaksa merasakan
dinginnya hujan demi mengejar gadis itu.
.
.
Fin
Yang sudah baca Fanfiction berjudul “Bread” pasti ngerti
cerita ini sejenis sequel dari part Zayn yang “1, 4, 3 I Love You”
Nantikan “Chodolate Love” dari member One Direction yang lain
^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar