Chocolate Love
(Niall’s Story)
.
.
Author:
Aisyah a.k.a Cloudisah
Casts:
One Direction’s Niall Horan
OC’s Mia
Lenght:
Ficlet
.
.
<3<3<3
Pukul 11.48 malam. Dan tinggal dua belas menit lagi menuju
pukul 12 maka berakhirlah hari ulang tahun Mia hari ini. Bukannya Niall lupa
untuk mengucapkan sekedar kalimat ‘Selamat ulang tahun’ untuk Mia, ia berniat
mengucapkan selamat ulang tahun sambil memberikan sebuah kado. Namun pria itu
terlalu sibuk mencari kado yang pantas ia berikan sebagai hadiah ulang tahun.
Dan karena terlalu banyak pilihan, Niall malah kebingungan memilih kado dan
berakhir dengan ia yang memilih tak memberikan hadiah apapun untuk gadis itu.
Sebenarnya bukan ia benar-benar tidak memiliki kado yang
diberikan untuk Mia, sebatang coklat dengan pita merah jambu di tangan kanannya
menjadi pilihan terakhirnya mengingat Mia yang begitu tergila-gila pada makanan
manis bernama coklat itu.
Namun yang menjadi masalahnya saat ini adalah gadis itu sama
sekali tidak mengangkat panggilan telponnya sejak tadi sore. Bahkan sekarang ia
masih saja menghubungi gadis itu meskipun ini sudah hampir tengah malam dan ia
yakin gadis itu saat ini sudah pasti terlelap. Ini sudah menit ke lima belas
Niall berdiri di depan pagar rumah Mia. Ia bisa saja menekan bell di rumah itu,
namun ia urungkan karena takut mengganggu keluarga Mia.
“Ckk... Gadis itu keterlaluan... Aku sudah mengiriminya
puluhan sms untuk segera keluar, tapi lihatlah... Oh nyamuk-nyamuk menyebalkan
ini yang sudah merusak kulit mulusku”, Niall bermonolog dan terus saja mengomel
sejak tadi. Bahkan sekarang ia sudah mulai menyalahkan nyamuk-nyamuk kecil tak
berdosa yang kelaparan dan menghisap darahnya.
Kali ini Niall kembali mencoba menekan panggilan keluar untuk
Mia, berharap kali ini gadis itu mengangkatnya sebelum jam 12 tiba dan hari
ulang tahun Mia benar-benar berakhir.
Niall terlonjak seking kagetnya mendengar teriakan gadis yang
ia hubungi, “YAH! BERHENTI MENELPONKU TENGAH MALAM SEPERTI INI BODOH!!”, Niall
sontak menjauhkan ponselnya akibat telinganya yang terasa berdengung.
“Ta tapi, kumohon dengarkan aku dulu. Ada yang ingin
kukatakan padamu. Sekarang keluarlah, aku ada di depan rumahmu”
“APA??! KAU KE RUMAHKU TENGAH MALAM BEGINI?? KAU INGIN
TETANGGA CURIGA DAN MEMBUAT MEREKA BERPIKIR YANG BUKAN-BUKAN HAH??? LEBIH BAIK
KAU CEPAT PUL-”
“Kalau kau mengusirku maka aku akan menekan bell rumahmu
terus-menerus, tidak peduli sampai orang tuamu terbangun”, potong Niall cepat
dan berusaha mengancam gadis itu.
Mia mendengus sebal. Ia bisa melihat dari tirai jendelanya
yang sedikit terbuka dari lantai dua ini, pria itu masih berdiri seperti orang
bodoh di depan pagar rumahnya. “Aku tidak peduli”, suaranya mulai merendah.
“Baik kalau begitu. Aku akan menekan bell rumahmu sekarang”
Mia bisa melihat tangan Niall yang bersiap menyentuh bel di
ujung kiri pagar, “Baiklah baiklah... Aku akan keluar dan jangan lakukan
apapun. Tetap diam di tempatmu!”, titah Mia dan gadis itu segera keluar dari
kamarnya dan bersiap menemui Niall dengan hanya mengenakan piyama tidurnya.
<3<3<3
Mia membuka pagar rumahnya dengan perlahan. Terlihat wajah
Niall yang memasang senyuman polosnya sambil menyembunyikan sesuatu dibalik
punggungnya. “Ada apa?”, tanyanya malas.
Ekspresi Niall seketika berubah, pria itu malah memasang
senyum sinis melihat Mia yang terlihat enggan bertemu dengannya. “Begitukah
caramu menyambutku?”
Mia terlihat jengah, tak berniat mendebat Niall. Gadis itu
saat ini sedang marah dengan pria di depannya ini, pria yang sudah melupakan
hari ulang tahunnya. “Cepat katakan saja apa yang ingin kau katakan”
Kalimat yang sudah disusun Niall seketika lenyap melihat
tingkah Mia. “Kenapa kau bersikap seperti itu padaku? Tsk, sangat berbanding
terbalik dengan ekpresimu saat bersama David tadi siang...”
“Oh ya benarkah? Lalu apa hakmu berkata seperti itu padaku?
Kau bukan siapa-siapaku... Dan setidaknya ia ingat kapan ulang tahunku”, Mia
seketika membekap mulutnya dengan telapak tangan kanannya. Ia tidak berniat
mengatakan kalau hari ini ulang tahunnya dan berharap pria itu mengingatnya
sendiri.
“Jadi kau tidak mengaggapku? Bukankah sudah kukatakan untuk
menungguku? Kenapa tadi siang kau berjalan dengan pria lain hah??!”
Mia memalingkan wajahnya dari Niall, melihat wajah pria ini
mebuat emosinya memuncak. Sepertinya pria ini masih belum peka dan tidak sadar
kalau hari ini ulang tahunnya. Hell... Kenapa ia harus mengikuti perkataan
Niall untuk menunggunya. Sampai kapan ia harus tersiksa dengan hubungan yang
tidak jelas antara dirinya dan Niall. “Aku lelah. Kau pulanglah...”, Mia
berbalik dan berniat meninggalkan Niall tanpa ingin beradu mulut dengan pria
itu di tengah malam seperti ini. Ia bahkan sudah merelakan pria itu tidak
mengucapkan selamat ulang tahun untuknya kali ini.
Tangan kekar Niall menarik bahu Mia, memutar tubuh gadis itu
kembali menghadapnya dan tanpa aba-aba langsung melumat bibir merah muda Mia.
Mia yang terkejut melebarkan kedua matanya, bahkan ia semakin terkejut melihat
mata Niall yang terpejam sambil menjelajahi seluruh bibirnya. Mia bahkan tak
tahu harus melakukan apa, ciuman ini terkesan kasar. Niall mengunci tubuh
ramping Mia dengan tangan kirinya yang memeluk erat pingggang ramping gadis
itu, sedang tangannya yang lain menarik tengkuk Mia untuk memperdalam
ciumannya.
Tak ada bagian yang terlewatkan oleh Niall, ia menjelajahi
bibir atas dan bibir bawah Mia tanpa terlewati satu centi pun. Niall mengulum
dan menghisap bibir Mia bagaikan anak kecil yang menikmati permen lolipop. Mia
tanpa sadar mulai memejamkan matanya menikmati sensasi di bibirnya yang
membuatnya serasa melayang. Mia membuka sedikit mulutnya memberi akses bagi
Niall untuk mempermudah pria itu menjelajahi bibirnya. Niall memiringkan
kepalanya ke kiri, kadang ke kanan untuk mempermudah Mia mengambil oksigen
sekaligus posisi ternyaman untuk mencium gadis itu.
Niall semakin memperdalam ciumannya kala tangan Mia memukul
dada pria itu memintanya melepaskan kontak di bibir mereka karena gadis itu
sudah kehabian oksigen. Setelah beberapa menit ciuman itu berlangsung, barulah
Niall melepaskannya dengan nafas yang terengah-engah. Begitu pula dengan Mia
yang kontan langsung menghirup oksigen sebanyak-banyaknya. Niall menghapus saliva
yang merembes di sekitar mulut Mia dengan ibu jarinya. Seketika rona merah
menjalar di pipi Mia membuat Niall terkekeh melihat gadis itu. Mia sontak
membuang wajahnya ke arah lain, ia yakin wajahnya pasti sudah seperti kepiting
rebus sekarang. Niall menelan ludahnya gugup, ia juga tidak menyangka akan
melakukan hal itu pada Mia. Ia hanya melakukannya secara refleks.
Niall menyentuh pelan dagu Mia membuat gadis itu menatap
manik matanya, lalu tersenyum dengan senyuman yang selalu membuat pertahanan
Mia runtuh ketika melihat senyum itu.
“Anak nakal..”, Niall mengacak pelan rambut Mia. Ia lantas
menyodorkan sebatang coklat yang tadi ia bawa sebagai hadiah ulang tahun untuk
gadis di hadapannya. “Aku tidak lupa hari ulang tahunmu, aku hanya bingung
memilih kado yang tepat untukmu jadi aku terlambat mengucapkannya. Eum, selamat
ulang tahun. Aku, aku hanya berharap segala yang kau harapkan selama ini
tercapai. Aku akan selalu mendukungmu, akan selalu bersamamu di saat kapanpun.
Dan...”
Mia mengangkat alisnya menunggu kelanjutan kalimat Niall.
“Dan, jangan lagi berjalan dengan pria lain. Karena kau-“, Niall kembali
menggantungkan kalimatnya. Pria itu memasang tampang polosnya sambil menggaruk
kepalanya, ia bahkan lupa sama sekali kalimat yang sudah ia susun tadi siang
untuk Mia. “Kau kekasihku mulai sekarang. Aku tidak menerima penolakan,
jadi...”
“Jadi?”
“Jadi yah hubungan kita sudah resmi sekarang”
Mia memandang tak percaya pada Niall. Bukan, bukan karena
hubungan mereka yang sudah resmi, hanya saja cara Niall yang membuatnya sedikit
terkejut. Hey, ini namanya pemaksaan.
“Emh, sekarang tidurlah. Sekali lagi selamat ulang tahun...
Semoga mimpimu indah... Aku mencintaimu”, Niall kembali mengacak rambut Mia dan
berbalik meninggalkan gadis itu di depan rumahnya. Sebelum pria itu melangkah
cukup jauh, ia kembali berbalik menatap Mia, “Satu lagi, yang kulakukan tadi
karena aku tidak ingin kehilanganmu. Dan itu tadi adalah...”, Niall lagi-lagi
menggaruk tengkuknya, “My first kiss”. Niall segera berbalik dan berlari kecil
setelah pengakuan polosnya tadi.
Mia mematung tak bisa memberikan reaksi apapun hingga tubuh
Niall menghilang dibelokan jalan. Jantungnya seolah mencelos dari tempatnya,
paru-parunya seperti tak mampu menampung oksigen dan membuatnya kesulitan bernafas.
Ia memandangi coklat ditangannya, bertempelkan kertas kecil bertuliskan “Happy
Birthday”.
Hadiah sederhana namun menjadi kado terindah sepanjang
hidupnya. Sekaligus menjadikan hari ini ulang tahun yang takkan terlupakan
baginya. Dan malam ini ia pasti sulit untuk tertidur.
Mia menyentuh bibirnya. Ia masih bisa merasakan basah dan
hangatnya bibir Niall yang menyapu bibirnya. Niall. Pria kurang ajar yang sudah
menggantungkan hubungan mereka selama dua tahun dan pria itu juga sudah berani
merebut ciuman pertamanya malam ini.
“Aku juga mencintaimu bodoh...”
.
.
Fin
Alohaaaa...
Bhuahahahahahaa *Evil laugh* ini apa ini apa???? Aku juga
nggak tau ini apaan T_T (Author payah)
Abang Niall yang manis nan unyuuuu... Aku pengen juga dikasih
coklat, huhuuu... Saya cemburu, saya cemburu sama Mia *tunjuk-tunjuk Mia*
(Author stress yang cemburu sama cerita buatannya sendiri)
Ini juga semacam sequel dari fanfiction “Bread” yang part-nya
Niall yang berjudul “Listen to My Heart”. Makasih yang sudah mau baca cerita
ini, nantikan seri dari Chocolate Love member One Direction lainnyaJ
Pai-pai...
/masukin Niall dalem karung (bawa pulang)/ *dikejar
Directioners sedunia*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar