Be Happy^^

No More Pain, No More Cry (: (:

Rabu, 04 Juni 2014

(Fanfiction) Chocolate Love - Niall's Story



Chocolate Love
(Niall’s Story)

.
.

Author:
Aisyah a.k.a Cloudisah

Casts:
One Direction’s Niall Horan
OC’s Mia

Lenght:
Ficlet

.
.
<3<3<3

Pukul 11.48 malam. Dan tinggal dua belas menit lagi menuju pukul 12 maka berakhirlah hari ulang tahun Mia hari ini. Bukannya Niall lupa untuk mengucapkan sekedar kalimat ‘Selamat ulang tahun’ untuk Mia, ia berniat mengucapkan selamat ulang tahun sambil memberikan sebuah kado. Namun pria itu terlalu sibuk mencari kado yang pantas ia berikan sebagai hadiah ulang tahun. Dan karena terlalu banyak pilihan, Niall malah kebingungan memilih kado dan berakhir dengan ia yang memilih tak memberikan hadiah apapun untuk gadis itu.

Sebenarnya bukan ia benar-benar tidak memiliki kado yang diberikan untuk Mia, sebatang coklat dengan pita merah jambu di tangan kanannya menjadi pilihan terakhirnya mengingat Mia yang begitu tergila-gila pada makanan manis bernama coklat itu.

Namun yang menjadi masalahnya saat ini adalah gadis itu sama sekali tidak mengangkat panggilan telponnya sejak tadi sore. Bahkan sekarang ia masih saja menghubungi gadis itu meskipun ini sudah hampir tengah malam dan ia yakin gadis itu saat ini sudah pasti terlelap. Ini sudah menit ke lima belas Niall berdiri di depan pagar rumah Mia. Ia bisa saja menekan bell di rumah itu, namun ia urungkan karena takut mengganggu keluarga Mia.

“Ckk... Gadis itu keterlaluan... Aku sudah mengiriminya puluhan sms untuk segera keluar, tapi lihatlah... Oh nyamuk-nyamuk menyebalkan ini yang sudah merusak kulit mulusku”, Niall bermonolog dan terus saja mengomel sejak tadi. Bahkan sekarang ia sudah mulai menyalahkan nyamuk-nyamuk kecil tak berdosa yang kelaparan dan menghisap darahnya.

Kali ini Niall kembali mencoba menekan panggilan keluar untuk Mia, berharap kali ini gadis itu mengangkatnya sebelum jam 12 tiba dan hari ulang tahun Mia benar-benar berakhir.

Niall terlonjak seking kagetnya mendengar teriakan gadis yang ia hubungi, “YAH! BERHENTI MENELPONKU TENGAH MALAM SEPERTI INI BODOH!!”, Niall sontak menjauhkan ponselnya akibat telinganya yang terasa berdengung.

“Ta tapi, kumohon dengarkan aku dulu. Ada yang ingin kukatakan padamu. Sekarang keluarlah, aku ada di depan rumahmu”

“APA??! KAU KE RUMAHKU TENGAH MALAM BEGINI?? KAU INGIN TETANGGA CURIGA DAN MEMBUAT MEREKA BERPIKIR YANG BUKAN-BUKAN HAH??? LEBIH BAIK KAU CEPAT PUL-”

“Kalau kau mengusirku maka aku akan menekan bell rumahmu terus-menerus, tidak peduli sampai orang tuamu terbangun”, potong Niall cepat dan berusaha mengancam gadis itu.

Mia mendengus sebal. Ia bisa melihat dari tirai jendelanya yang sedikit terbuka dari lantai dua ini, pria itu masih berdiri seperti orang bodoh di depan pagar rumahnya. “Aku tidak peduli”, suaranya mulai merendah.

“Baik kalau begitu. Aku akan menekan bell rumahmu sekarang”

Mia bisa melihat tangan Niall yang bersiap menyentuh bel di ujung kiri pagar, “Baiklah baiklah... Aku akan keluar dan jangan lakukan apapun. Tetap diam di tempatmu!”, titah Mia dan gadis itu segera keluar dari kamarnya dan bersiap menemui Niall dengan hanya mengenakan piyama tidurnya.

<3<3<3

Mia membuka pagar rumahnya dengan perlahan. Terlihat wajah Niall yang memasang senyuman polosnya sambil menyembunyikan sesuatu dibalik punggungnya. “Ada apa?”, tanyanya malas.

Ekspresi Niall seketika berubah, pria itu malah memasang senyum sinis melihat Mia yang terlihat enggan bertemu dengannya. “Begitukah caramu menyambutku?”

Mia terlihat jengah, tak berniat mendebat Niall. Gadis itu saat ini sedang marah dengan pria di depannya ini, pria yang sudah melupakan hari ulang tahunnya. “Cepat katakan saja apa yang ingin kau katakan”

Kalimat yang sudah disusun Niall seketika lenyap melihat tingkah Mia. “Kenapa kau bersikap seperti itu padaku? Tsk, sangat berbanding terbalik dengan ekpresimu saat bersama David tadi siang...”

“Oh ya benarkah? Lalu apa hakmu berkata seperti itu padaku? Kau bukan siapa-siapaku... Dan setidaknya ia ingat kapan ulang tahunku”, Mia seketika membekap mulutnya dengan telapak tangan kanannya. Ia tidak berniat mengatakan kalau hari ini ulang tahunnya dan berharap pria itu mengingatnya sendiri.

“Jadi kau tidak mengaggapku? Bukankah sudah kukatakan untuk menungguku? Kenapa tadi siang kau berjalan dengan pria lain hah??!”

Mia memalingkan wajahnya dari Niall, melihat wajah pria ini mebuat emosinya memuncak. Sepertinya pria ini masih belum peka dan tidak sadar kalau hari ini ulang tahunnya. Hell... Kenapa ia harus mengikuti perkataan Niall untuk menunggunya. Sampai kapan ia harus tersiksa dengan hubungan yang tidak jelas antara dirinya dan Niall. “Aku lelah. Kau pulanglah...”, Mia berbalik dan berniat meninggalkan Niall tanpa ingin beradu mulut dengan pria itu di tengah malam seperti ini. Ia bahkan sudah merelakan pria itu tidak mengucapkan selamat ulang tahun untuknya kali ini.

Tangan kekar Niall menarik bahu Mia, memutar tubuh gadis itu kembali menghadapnya dan tanpa aba-aba langsung melumat bibir merah muda Mia. Mia yang terkejut melebarkan kedua matanya, bahkan ia semakin terkejut melihat mata Niall yang terpejam sambil menjelajahi seluruh bibirnya. Mia bahkan tak tahu harus melakukan apa, ciuman ini terkesan kasar. Niall mengunci tubuh ramping Mia dengan tangan kirinya yang memeluk erat pingggang ramping gadis itu, sedang tangannya yang lain menarik tengkuk Mia untuk memperdalam ciumannya.

Tak ada bagian yang terlewatkan oleh Niall, ia menjelajahi bibir atas dan bibir bawah Mia tanpa terlewati satu centi pun. Niall mengulum dan menghisap bibir Mia bagaikan anak kecil yang menikmati permen lolipop. Mia tanpa sadar mulai memejamkan matanya menikmati sensasi di bibirnya yang membuatnya serasa melayang. Mia membuka sedikit mulutnya memberi akses bagi Niall untuk mempermudah pria itu menjelajahi bibirnya. Niall memiringkan kepalanya ke kiri, kadang ke kanan untuk mempermudah Mia mengambil oksigen sekaligus posisi ternyaman untuk mencium gadis itu.

Niall semakin memperdalam ciumannya kala tangan Mia memukul dada pria itu memintanya melepaskan kontak di bibir mereka karena gadis itu sudah kehabian oksigen. Setelah beberapa menit ciuman itu berlangsung, barulah Niall melepaskannya dengan nafas yang terengah-engah. Begitu pula dengan Mia yang kontan langsung menghirup oksigen sebanyak-banyaknya. Niall menghapus saliva yang merembes di sekitar mulut Mia dengan ibu jarinya. Seketika rona merah menjalar di pipi Mia membuat Niall terkekeh melihat gadis itu. Mia sontak membuang wajahnya ke arah lain, ia yakin wajahnya pasti sudah seperti kepiting rebus sekarang. Niall menelan ludahnya gugup, ia juga tidak menyangka akan melakukan hal itu pada Mia. Ia hanya melakukannya secara refleks.

Niall menyentuh pelan dagu Mia membuat gadis itu menatap manik matanya, lalu tersenyum dengan senyuman yang selalu membuat pertahanan Mia runtuh ketika melihat senyum itu.

“Anak nakal..”, Niall mengacak pelan rambut Mia. Ia lantas menyodorkan sebatang coklat yang tadi ia bawa sebagai hadiah ulang tahun untuk gadis di hadapannya. “Aku tidak lupa hari ulang tahunmu, aku hanya bingung memilih kado yang tepat untukmu jadi aku terlambat mengucapkannya. Eum, selamat ulang tahun. Aku, aku hanya berharap segala yang kau harapkan selama ini tercapai. Aku akan selalu mendukungmu, akan selalu bersamamu di saat kapanpun. Dan...”

Mia mengangkat alisnya menunggu kelanjutan kalimat Niall. “Dan, jangan lagi berjalan dengan pria lain. Karena kau-“, Niall kembali menggantungkan kalimatnya. Pria itu memasang tampang polosnya sambil menggaruk kepalanya, ia bahkan lupa sama sekali kalimat yang sudah ia susun tadi siang untuk Mia. “Kau kekasihku mulai sekarang. Aku tidak menerima penolakan, jadi...”

“Jadi?”

“Jadi yah hubungan kita sudah resmi sekarang”

Mia memandang tak percaya pada Niall. Bukan, bukan karena hubungan mereka yang sudah resmi, hanya saja cara Niall yang membuatnya sedikit terkejut. Hey, ini namanya pemaksaan.

“Emh, sekarang tidurlah. Sekali lagi selamat ulang tahun... Semoga mimpimu indah... Aku mencintaimu”, Niall kembali mengacak rambut Mia dan berbalik meninggalkan gadis itu di depan rumahnya. Sebelum pria itu melangkah cukup jauh, ia kembali berbalik menatap Mia, “Satu lagi, yang kulakukan tadi karena aku tidak ingin kehilanganmu. Dan itu tadi adalah...”, Niall lagi-lagi menggaruk tengkuknya, “My first kiss”. Niall segera berbalik dan berlari kecil setelah pengakuan polosnya tadi.

Mia mematung tak bisa memberikan reaksi apapun hingga tubuh Niall menghilang dibelokan jalan. Jantungnya seolah mencelos dari tempatnya, paru-parunya seperti tak mampu menampung oksigen dan membuatnya kesulitan bernafas. Ia memandangi coklat ditangannya, bertempelkan kertas kecil bertuliskan “Happy Birthday”.

Hadiah sederhana namun menjadi kado terindah sepanjang hidupnya. Sekaligus menjadikan hari ini ulang tahun yang takkan terlupakan baginya. Dan malam ini ia pasti sulit untuk tertidur.

Mia menyentuh bibirnya. Ia masih bisa merasakan basah dan hangatnya bibir Niall yang menyapu bibirnya. Niall. Pria kurang ajar yang sudah menggantungkan hubungan mereka selama dua tahun dan pria itu juga sudah berani merebut ciuman pertamanya malam ini.

“Aku juga mencintaimu bodoh...”

.
.
Fin

Alohaaaa...
Bhuahahahahahaa *Evil laugh* ini apa ini apa???? Aku juga nggak tau ini apaan T_T (Author payah)
Abang Niall yang manis nan unyuuuu... Aku pengen juga dikasih coklat, huhuuu... Saya cemburu, saya cemburu sama Mia *tunjuk-tunjuk Mia* (Author stress yang cemburu sama cerita buatannya sendiri)
Ini juga semacam sequel dari fanfiction “Bread” yang part-nya Niall yang berjudul “Listen to My Heart”. Makasih yang sudah mau baca cerita ini, nantikan seri dari Chocolate Love member One Direction lainnyaJ
Pai-pai...
/masukin Niall dalem karung (bawa pulang)/ *dikejar Directioners sedunia*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar