Ranah Nestapa
Oleh: Aisyah
Tana Paser, 16 Januari 2015
Masih saja
sendu
Masih saja
kelabu
Masih saja
pilu
Masih saja
sembilu ditancap hatiku
Masih saja
sayu
Masih saja
meraung membisu
Nyatanya
tak jua kugapai
Nyatanya
tak jua kuraih
Untuk
setitik asa yang menggunung
Yang lenyap
terhembus dalam pekat halimun
Yang
tertutup kubangan asap cerutu tua
Hingga
hilang tanpa menyisakan sedikitpun asa untuk kuhirup walau seteguk
Kubukan
pujangga
Kubukan
penyair yang kerap menuliskan aksara di atas ladang putih
Kuhanya
membagi kesakitanku akan asaku yang telah lama lenyap
Di ranah
yang tak kunjung beriku sedikit harap akan inginku
Tak juga
pula beriku atensi agar kudapat merajut langkah tuk gapai sang asa
Nyatanya
nestapa yang kudapat
Cerapanku
pada impian memburam seiring ranah yang tak lagi memihakku
Inginku
meraung, namun tetap kuberkemam
Karna tak
jua beri arti di tiap raunganku
Karna
kuhanya jiwa kosong yang tak lagi ber-asa
Bunga padma
menatapku dalam geming
Namun
sukmanya membuatku ciut
Betapa
indahnya sang padma di ranah ini, sedang aku terus saja merutuki si ranah yang
tak berbelas kasihan padaku
Hingga
akhirnya hanya mimpi hidupku
Karna ranah
tempat kuberpijak terus mempersakitku dan memperolokku
Dan masih
saja nestapaku tak pudar
Meski
ku’tlah beri segala hidupku...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar