Be Happy^^

No More Pain, No More Cry (: (:

Sabtu, 27 Desember 2014

(Cerpen) A Conversation The Two of Us



A Conversation The Two of Us
.
.

Author:
Aisyah a.k.a Cloudisah

.
.

<3<3<3

Sore hari tak pernah sepanas ini bagi Mawar. Gadis yang baru saja merayakan ulang tahun ke-tujuh belasnya itu masih duduk di bangku taman seraya terus memainkan jemarinya dengan resah. Sesekali netranya menilik ke jalanan kecil di hadapannya, menunggu presensi seorang pemuda yang akan menjadi suaminya tak lama lagi.

Berkali-kali gadis itu mengibaskan telapak tangannya di depan wajahnya berharap mampu mengurangi rasa panas yang entah dari mana. Oh sungguh, sore ini cuaca sangat bersahabat dengan awan yang menghampar di permadani langit serta angin sore yang begitu sejuk menerpa kulitnya yang terbuka. Tapi entah kenapa seluruh tubuh gadis itu serasa panas seperti akan demam.

Baiklah, sepertinya ia perlu meminum segelas besar air dingin untuk menormalkan sistem kerja tubuhnya. Bahkan jantungnya saja sejak tadi tak henti-hentinya bertalu dengan frekuensi yang teramat cepat. Paru-parunya pun serasa begitu cepat kehabisan oksigen membuatnya harus terus menerus menghela nafas panjang.

“Hey... Sudah lama menungguku?” suara pemuda yang selama seharian ini memenuhi otaknya terdengar mengalun dengan begitu indah di sampingnya. Dengan cepat Mawar menatap pria itu yang kini memakai baju kaos berwarna merah serta celana jeans selutut yang kemudian duduk di sampingnya. “Maaf membuatmu menunggu lama. Tadi ada yang harus aku lakukan dulu di rumah,” sambung pria itu lagi sebelum sang gadis menjawab sapaan awalnya.

Kedua sudut bibir Mawar terangkat. Iris caramel-nya dengan jelas menilik pada manik kelam sang pria yang juga kini tengah menatapnya dengan lembut. Oh Tuhan, rasanya jantung Mawar ingin melompat dari tempatnya saat pria itu terus menghujami irisnya dengan tatapan lembutnya. Buru-buru gadis itu mengalihkan perhatiannya dari wajah sang pria dan menatap jalanan kecil tak jauh dari bangku taman tempat mereka duduk sekarang.

“Ti, tidak. Aku juga baru saja sampai,” ucapnya pelan dan berharap agar wajahnya saat ini tak semerah tomat.

Sang pria di sampingnya menganggukkan kepalanya pelan dan terkekeh saat melihat gadis itu yang kini wajahnya seperti kepiting rebus. “Kau tahu tidak. Aku sangat menyukai ekspresi malu-malu mu itu. Wajahmu yang memerah itu membuatku semakin gemas,” ucapnya yang membuat wajah Mawar semakin memerah.

Mawar berdecak kesal karena pria itu terus terkekeh. “Tsk, berhenti menertawakanku Kak Asir. Kau senang membuatku malu seperti ini huh?”

Pria di sampingnya yang bernama Asir itu dengan segera menghentikan kekehannya dan berdehem sejenak sebelum mengeluarkan suaranya. “Ehm... Dek, setelah kita menikah nanti apa kamu mau ikut denganku ke Batu Kajang?” air muka Asir kali ini berubah serius.

Mawar kini menatapnya dengan alis bertaut. Jujur saja, ini yang membuatnya terasa panas sejak tadi. Ia tak menyangka tinggal menunggu hitungan kurang dari dua puluh hari lagi ia dan Asir resmi menjadi sepasang suami istri. Dan ia benar-benar terlalu gugup untuk itu. Bahkan memikirkan hidup terpisah dari orang tuanya dan tinggal bersama Asir kelak membuat dentaman jantungnya semakin menggila.

“Heumm, tentu saja. Aku akan dengan senang hati mengikuti Kakak,” Mawar mengangguk pasti serta dengan senyuman yang sejak tadi tak hilang dari wajahnya.

Asir tersenyum senang lantas kini fokusnya beralih pada hamparan biru dengan awan putih yang menghiasi di atas sana. Ia sendiri masih belum menyangka jika ia akan menjadi suami dari gadis yang ia kenal dari orang tuanya itu. Seorang gadis yang baru ia kenal satu minggu namun sudah berhasil merebut segenap perhatiannya. Ia benar-benar merasa menjadi pria paling beruntung di dunia ini karena berhasil mendapatkan gadis manis seperti Mawar. Gadis manis dengan perilaku yang sungguh berbeda dari gadis kebanyakan yang selama ini pernah ia kenal.

Sebelum Asir memutuskan untuk pulang ke kampung halamannya dan meminta orang tuanya untuk mencarikan pendamping hidup untuknya, ia sudah mengenal banyak wanita bahkan sudah mengencani beberapa wanita itu. Hanya saja hubungannya dengan gadis-gadis itu tak bisa berlangsung lama dan tak bisa dipertahankan untuk melaju ke jenjang pernikahan.

Namun dunianya seakan berubah saat pertama kali ia bertemu Mawar, gadis pilihan ayahnya. Asir merasa untuk itulah ia hidup. Untuk itulah Tuhan memberinya pekerjaan dengan gaji yang cukup besar di perusahaan. Karena Tuhan akan menitipkan seorang gadis luar biasa kepadanya. Seorang gadis yang terpaut tiga tahun lebih muda darinya itu, namun memiliki tingkat kedewasaan yang berbeda dari gadis seusianya kebanyakan.

“Ehm...” Asir berdehem untuk mengurangi kecanggungan karena sejak bermenit-menit berlalu kesunyian melingkupi keduanya. “Kau ingin jalan-jalan sebentar tidak?” tawar Asir pada gadis di sampingnya yang sepertinya begitu menikmati permadani langit yang berhampar tak berujung di atas sana.

Mawar menggeleng pelan membuat kedua alis Asir bertaut bingung. “Aku hanya ingin duduk di sini bersama Kakak. Aku sangat menikmati momen kebersamaan bersama Kak Asir seperti ini, sungguh,” ucap Mawar menatap tulus manik Asir.

Kedua sudut bibir Asir semakin tertarik. Ia juga begitu menikmati momen kebersamaan mereka berdua seperti saat sekarang ini.

“Dek...” lirih Asir dan kali ini ekspresinya kembali berubah serius.

“Apa Kak?”

“Sebelum Kakak mengenal kamu, Kakak sudah mengenal banyak wanita. Bahkan Kakak sudah beberapi kali berkencan dengan wanita, dan juga masih banyak gadis-gadis yang mengejarku. Bagaimana menurut tanggapanmu?”

Senyum di wajah Mawar tak surut. “Kak, jika memang kakak loyal padaku tentu kakak tidak akan berpaling dariku. Jika hati kakak benar-benar hanya untukku, seberapa banyakpun gadis-gadis yang berusaha mencuri perhatian kakak, tentu kakak tidak akan membiarkan gadis-gadis itu masuk ke dalam hidup kakak. Aku percaya pada kakak sepenuhnya,” terang Mawar dengan ekspresi yakin.

Hati Asir berdesir hangat. Ia benar-benar begitu menyukai setiap kalimat yang terlontar dari gadis itu. Andai saja ia boleh menyentuh gadis ini sekarang, ia tak akan segan-segan memeluk Mawar erat-erat. Tapi, ia harus menahan segala gejolak itu karena ia dan Mawar bukan muhrim. Ia harus menahan segala perasaannya sampai nanti mereka mengucapkan janji suci.

“Kakak tidak akan mengecewakan kamu. Kakak tidak akan menyia-nyiakan kepercayaanmu, karena bagi kakak, kaulah satu-satunya wanita yang mampu mengisi segenap hatiku. Percayalah... Dan aku juga percaya padamu” ucap Asir bersungguh-sungguh.

Mawar hanya terkekeh pelan. “Iya kak.”

“Oh ya, maafkan aku. Aku harus segera pergi, besok aku temui kamu lagi ya. Ayah menyuruhku membeli sesuatu di pasar. Kamu tak apa-apa kan kalau aku tinggal sendirian? Maaf, aku benar-benar masih ingin berlama-lama di sini denganmu. Tapi-”

“Aku tak apa kak. Sudah, pergilah. Aku juga akan segera pulang,” potong Mawar cepat.

“Kamu  yakin tak apa? Atau aku antar kamu pulang dulu?”

Mawar menggeleng pelan, “Kakak tak perlu khawatir berlebihan seperti itu padaku. Sungguh aku tak apa. Pergilah... Besok kita bertemu lagi,” jawab Mawar dengan tetap tersenyum pada Asir yang sudah bangkit dari duduknya.

“Baiklah kalau begitu aku pergi dulu. Ingat, setelah ini jangan keluyuran karena banyak laki-laki yang ingin merebutmu dariku, hahaa,” seru Asir sedikit heboh sembari bercanda, membuat Mawar mengerucutkan bibirnya sedikit kesal.

“Tsskk.. Kakak terlalu berlebihan”

“Hahaa... Sampai jumpa besok. Dan, eumm... Malam ini aku akan menelponmu, daah, Assalamualaikum” Asir berlalu dari hadapan Mawar setelah melambaikan tangannya.

“Waalaikumsalam.”

Mawar sontak memegangi kedua pipinya yang terasa panas. Oh sungguh, bisakah ia tak kehabisan nafas karena jantungnya yang menggila setiap presensi Asir di dekatnya? Ckk... Ia bahkan tak bisa mengendalikan jantungnya setiap netranya menangkap siluet Asir saat eksistensi pria itu di sampingnya.

“Kak... Aku bisa gila....”

.
.
FIN

Ehmmm.. test test....
Buat kawan baikku si Asir.... Semoga ceritanya tidak mengecewakan yaaah, ini inspirasinya muncul mendadak tengah hari sebelum aku sholat Zuhur.... So, kalo menurut kamu ini ceritanya gaje banget, jangan timpuki aku pake sendal jepit, okey... Hahahahhaaa...
Oh iya, aku doakan kamu dan Mawar cepet-cepet nikah... dan jangan lupa undang aku okeh... Hahaa...
Yesungdahlah, sekian... Makasih buat yang mau baca cerpen ini J
Pai-pai ^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar