CORETAN ISAH #1
(Ditulis pada 14 Februari 2016)
“Suka Duka
sebagai Mahasiswa STIE Widya Praja”
Sebelum
saya menuliskan lebih detail mengenai penjabaran dari judul tulisan yang saya
buat, ada baiknya saya beberkan dulu alasan saya mulai menulis coretan ini.
Sebagai
salah satu anggota yang telah bergabung lebih dari satu tahun dalam Komunitas
Bisa Menulis, tak pernah satu postinganpun yang saya post di dinding salah satu grup besar di Indonesia tersebut. Selama
ini yang saya lakukan hanya meninggalkan jejak berupa tanda like maupun memberikan komentar pada
beberapa postingan yang menarik untuk saya baca.
Alasan
utama saya tidak pernah memposting satupun tulisan karena rasa tidak percaya
diri yang terlalu besar. Melihat tulisan-tulisan luar biasa yang di post oleh teman-teman KBM, membuat nyali
saya ciut dan niatan untuk membuat sebuah tulisan langsung lenyap begitu saja.
Hingga akhirnya gelar newbie masih
saya sandang sampai sekarang.
Hingga
suatu hari seorang anggota KBM mengajak semua member yang masih merasa kesulitan menulis untuk membuat suatu
tulisan, minimal satu hari satu postingan. Jadilah saya tertarik untuk
melakukannya di blog pribadi saya demi mengasah lagi kemampuan menulis saya.
Maka untuk mempermudah saya dalam postingan pertama ini, maka saya akan
menuliskan hal yang paling mudah untuk saya jabarkan lebih dulu.
Langsung
saja akan saya mulai, check this out.
Suka duka sebagai mahasiswa STIE WP…
Jujur saya
katakan sebelumnya tak pernah terlintas sedikitpun dalam benak saat lulus SMK
akan menjadi seorang mahasiswa di STIE Widya Praja. Impian saya setelah lulus
SMK adalah kuliah di Universitas Lambung Mangkurat, Kalimantan Selatan.
Tapi apalah
sudah takdir Illahi yang tak bisa ditentang, memasrahkan diri dan menjalani
hari sebagai Mahasiswi di WP adalah sebagai bentuk ketaatan pada Rukun Iman
kepada Qada dan Qadar yang bisa saya lakukan. Menyerahkan pada Allah bahwa ini
adalah jalan terbaik yang Allah pilihkan untuk saya.
Mungkin
dengan seperti ini, saya bisa membantu Mama di rumah juga membantu adik saya
mengerjakan PR-nya. Jika ke UnLam sudah dipastikan hanya bisa bertemu keluarga
disaat libur.
Sebagai
seorang mahasiswi yang kuliah dengan biaya sendiri adalah hal yang paling berat
tentu saja. Abah tidak punya biaya untuk membantu kuliah saya, jadilah saya
bekerja keras demi membiayai kuliah saya sendiri. Insya Allah, akan lebih
berkah karena tidak merepotkan orangtua, Aamiin…
Awal masuk
WP rasanya ingin berhenti saat itu juga. Karena di kelas saya tidak memiliki
kenalan seorangpun. Masing-masing orang sudah memiliki teman sendiri-sendiri
juga bahkan beberapa ada yang sudah membentuk kelompok berdasarkan status
sosial mereka. Disitulah letak ujian terberat saya. Ingin berhenti, tapi sayang
dengan biaya jutaan yang sudah saya keluarkan. Jadilah saya membesarkan diri
kalau saya kuliah demi mencari ilmu, tidak perlu teman yang hanya memadang
status sosial saja.
Hingga
beberapa bulan Alhamdulillah saya memiliki teman dekat, meskipun hanya satu
orang. Hal itu berlangsung selama dua semester. Di semester tiga barulah teman
saya bertambah setelah saya berpindah tempat duduk. Dan Alhamdulillah lagi,
saya mendapatkan teman-teman baik yang juga memiliki semangat belajar cukup
tinggi.
Selain
sulitnya dalam hal pertemanan, juga karena cuaca yang tidak menentu saat akan
pergi ke kampus. WP yang waktu perkuliahannya di mulai pada jam empat sore
hingga jam setengah enam sore, lalu dilanjutkan jam setengah delapan sampai jam
sembilan malam, tentu sangat sulit jika sudah mulai memasuki musim hujan.
Terkadang
saat kuliah malam, turun hujan cukup deras ketika akan pulang. Menunggu hujan
reda bagi mahasiswa yang tidak membawa mantel hujan itu sudah pasti. Tapi
terkadang jika hujannya terlalu lama, tentu saja dipastikan akan pulang hampir
tengah malam. Begitu juga jika sore, kadang sampai adzan magrib berkumandang
barulah bisa pulang ke rumah.
Jika
dikatakan saya menyesal masuk WP, sih,
iya. Karena ada beberapa dosen yang tidak kompeten dalam mengajar. Selain tidak
kompeten, parahnya lagi beberapa dosen tersebut memberikan penilaian subjektif
kepada mahasiswanya. Hal itu yang paling saya sesalkan juga sahabat saya yang
dari semester satu sampai lima tidak sekelas dengan saya. Tapi Alhamdulillah
semester enam ini kami sekelas jadi saya memiliki teman dekat di kelas.
Ada dosen
yang mengajarnya hanya mengejar materi kuliah, bahkan satu hari kami harus
menghabiskan satu bab yang banyaknya, masya
Allah. Beliau tidak memperdulikan apakah mahasiswanya mengerti atau tidak.
Dan yang semakin mengesalkan adalah, soal mid
juga final yang sangat sulit bagi
kami para mahasiswa untuk mejawabnya. Sekali lagi, saya merasa rugi sudah
membayar uang kuliah jika tak ada sedikitpun ilmu yang saya peroleh. Semoga
Allah memberikan hidayah-Nya bagi “Beliau”…
Lain lagi
dengan dosen ‘senior’ yang mengajar berulang-ulang, tiap pertemuan hanya itu
saja diulang-ulang materi yang disampaikan. Bahkan beliau tidak peduli saat
mengajar apakah mahasiswanya mendengarkan atau tidak. Saya semakin kesal ketika
hasil KHS dibagikan tak pernah dapat nilai memuaskan dari mata kuliahnya.
Padahal saya sudah belajar juga menjawab sesuai materi yang disampaikannya.
Tapi beberapa mahasiswa yang beliau kenal mendapat nilai ‘A’. Woow, sekali lagi, penilaian subjektif
yang membuat saya hampir ingin membom
kampus saya sendiri.
Kejadian
mengesalkan yang baru saja terjadi ketika pembagian KHS semester lima. Untuk
pertama kalinya saya mendapatkan nilai C, dan langsung MUNCUL NILAI ‘C’ DUA
MATA KULIAH! Keterlaluan saya pikir ketika KHS berada di tangan saya. Salah satu
mata kuliah yang mengajar adalah dosen ‘senior’ yang bahkan ketika mengajar
menurut saya lebih baik saya tidak usah kuliah dan memperlajari materi itu di
rumah. Toh tak ada juga ilmu yang saya dapatkan dari penjelasannya. Ditambah,
saya yang sudah mengerjakan dari awal sampai akhir tugas kelompok, malah saya
yang mendapat nilai paling rendah.
Nilai C
satunya lagi dari dosen yang JARANG sekali masuk. Hebat sekali bukan suasana di
kampus saya? Saya benar-benar kecewa dengan penilaian beberapa dosen yang wallahualam apakah itu memang nilai
sebenarnya atau tidak. Sekali lagi, saya kecewa dengan penilaian beberapa
dosen.
Tapi di
samping beberapa dosen ‘mengesalkan’
tadi, ada juga kok masih dosen yang
memang cerdas, juga bisa memberikan saya wawasan yang tidak bisa saya pelajari
secara otodidak. Saya ucapkan terima kasih untuk dosen-dosen yang memang
memberikan nilai secara adil juga tidak hanya subjektif tapi juga objektif.
Yang sudah membuat saya tidak merasa rugi duduk di bangku perkuliahan.
Dosen-dosen yang sudah membuka wawasan saya, plus perlahan mengubah mental “tempe” saya. Semoga Allah membalas
ilmu yang telah kalian bagikan kepada kami J
Yah,
sekiranya cukup sekian CORETAN ISAH kali ini. Hanya ini yang mampu saya tulis
untuk tulisan pertama ini.
Bagi yang
membaca tulisan ini, saya ucapkan beribu terima kasih karena ini hanyalah
coretan seorang pemula yang tidak tahu diri bermimpi untuk bisa menjadi penulis
seperti Bunda Asma Nadia dan Om Isa Alamsyah.
Terima
kasih…
Salam
literasi ^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar