Be Happy^^

No More Pain, No More Cry (: (:

Senin, 29 Februari 2016

(Coretan Isah) Suka Duka sebagai Mahasiswa STIE Widya Praja



CORETAN ISAH #1
(Ditulis pada 14 Februari 2016)

“Suka Duka sebagai Mahasiswa STIE Widya Praja”

Sebelum saya menuliskan lebih detail mengenai penjabaran dari judul tulisan yang saya buat, ada baiknya saya beberkan dulu alasan saya mulai menulis coretan ini.

Sebagai salah satu anggota yang telah bergabung lebih dari satu tahun dalam Komunitas Bisa Menulis, tak pernah satu postinganpun yang saya post di dinding salah satu grup besar di Indonesia tersebut. Selama ini yang saya lakukan hanya meninggalkan jejak berupa tanda like maupun memberikan komentar pada beberapa postingan yang menarik untuk saya baca.

Alasan utama saya tidak pernah memposting satupun tulisan karena rasa tidak percaya diri yang terlalu besar. Melihat tulisan-tulisan luar biasa yang di post oleh teman-teman KBM, membuat nyali saya ciut dan niatan untuk membuat sebuah tulisan langsung lenyap begitu saja. Hingga akhirnya gelar newbie masih saya sandang sampai sekarang.

Hingga suatu hari seorang anggota KBM mengajak semua member yang masih merasa kesulitan menulis untuk membuat suatu tulisan, minimal satu hari satu postingan. Jadilah saya tertarik untuk melakukannya di blog pribadi saya demi mengasah lagi kemampuan menulis saya. Maka untuk mempermudah saya dalam postingan pertama ini, maka saya akan menuliskan hal yang paling mudah untuk saya jabarkan lebih dulu.

Langsung saja akan saya mulai, check this out.

Suka duka sebagai mahasiswa STIE WP

Jujur saya katakan sebelumnya tak pernah terlintas sedikitpun dalam benak saat lulus SMK akan menjadi seorang mahasiswa di STIE Widya Praja. Impian saya setelah lulus SMK adalah kuliah di Universitas Lambung Mangkurat, Kalimantan Selatan.

Tapi apalah sudah takdir Illahi yang tak bisa ditentang, memasrahkan diri dan menjalani hari sebagai Mahasiswi di WP adalah sebagai bentuk ketaatan pada Rukun Iman kepada Qada dan Qadar yang bisa saya lakukan. Menyerahkan pada Allah bahwa ini adalah jalan terbaik yang Allah pilihkan untuk saya.

Mungkin dengan seperti ini, saya bisa membantu Mama di rumah juga membantu adik saya mengerjakan PR-nya. Jika ke UnLam sudah dipastikan hanya bisa bertemu keluarga disaat libur.

Sebagai seorang mahasiswi yang kuliah dengan biaya sendiri adalah hal yang paling berat tentu saja. Abah tidak punya biaya untuk membantu kuliah saya, jadilah saya bekerja keras demi membiayai kuliah saya sendiri. Insya Allah, akan lebih berkah karena tidak merepotkan orangtua, Aamiin…

Awal masuk WP rasanya ingin berhenti saat itu juga. Karena di kelas saya tidak memiliki kenalan seorangpun. Masing-masing orang sudah memiliki teman sendiri-sendiri juga bahkan beberapa ada yang sudah membentuk kelompok berdasarkan status sosial mereka. Disitulah letak ujian terberat saya. Ingin berhenti, tapi sayang dengan biaya jutaan yang sudah saya keluarkan. Jadilah saya membesarkan diri kalau saya kuliah demi mencari ilmu, tidak perlu teman yang hanya memadang status sosial saja.

Hingga beberapa bulan Alhamdulillah saya memiliki teman dekat, meskipun hanya satu orang. Hal itu berlangsung selama dua semester. Di semester tiga barulah teman saya bertambah setelah saya berpindah tempat duduk. Dan Alhamdulillah lagi, saya mendapatkan teman-teman baik yang juga memiliki semangat belajar cukup tinggi.

Selain sulitnya dalam hal pertemanan, juga karena cuaca yang tidak menentu saat akan pergi ke kampus. WP yang waktu perkuliahannya di mulai pada jam empat sore hingga jam setengah enam sore, lalu dilanjutkan jam setengah delapan sampai jam sembilan malam, tentu sangat sulit jika sudah mulai memasuki musim hujan.

Terkadang saat kuliah malam, turun hujan cukup deras ketika akan pulang. Menunggu hujan reda bagi mahasiswa yang tidak membawa mantel hujan itu sudah pasti. Tapi terkadang jika hujannya terlalu lama, tentu saja dipastikan akan pulang hampir tengah malam. Begitu juga jika sore, kadang sampai adzan magrib berkumandang barulah bisa pulang ke rumah.

Jika dikatakan saya menyesal masuk WP, sih, iya. Karena ada beberapa dosen yang tidak kompeten dalam mengajar. Selain tidak kompeten, parahnya lagi beberapa dosen tersebut memberikan penilaian subjektif kepada mahasiswanya. Hal itu yang paling saya sesalkan juga sahabat saya yang dari semester satu sampai lima tidak sekelas dengan saya. Tapi Alhamdulillah semester enam ini kami sekelas jadi saya memiliki teman dekat di kelas.

Ada dosen yang mengajarnya hanya mengejar materi kuliah, bahkan satu hari kami harus menghabiskan satu bab yang banyaknya, masya Allah. Beliau tidak memperdulikan apakah mahasiswanya mengerti atau tidak. Dan yang semakin mengesalkan adalah, soal mid juga final yang sangat sulit bagi kami para mahasiswa untuk mejawabnya. Sekali lagi, saya merasa rugi sudah membayar uang kuliah jika tak ada sedikitpun ilmu yang saya peroleh. Semoga Allah memberikan hidayah-Nya bagi “Beliau”…

Lain lagi dengan dosen ‘senior’ yang mengajar berulang-ulang, tiap pertemuan hanya itu saja diulang-ulang materi yang disampaikan. Bahkan beliau tidak peduli saat mengajar apakah mahasiswanya mendengarkan atau tidak. Saya semakin kesal ketika hasil KHS dibagikan tak pernah dapat nilai memuaskan dari mata kuliahnya. Padahal saya sudah belajar juga menjawab sesuai materi yang disampaikannya. Tapi beberapa mahasiswa yang beliau kenal mendapat nilai ‘A’. Woow, sekali lagi, penilaian subjektif yang membuat saya hampir ingin membom kampus saya sendiri.

Kejadian mengesalkan yang baru saja terjadi ketika pembagian KHS semester lima. Untuk pertama kalinya saya mendapatkan nilai C, dan langsung MUNCUL NILAI ‘C’ DUA MATA KULIAH! Keterlaluan saya pikir ketika KHS berada di tangan saya. Salah satu mata kuliah yang mengajar adalah dosen ‘senior’ yang bahkan ketika mengajar menurut saya lebih baik saya tidak usah kuliah dan memperlajari materi itu di rumah. Toh tak ada juga ilmu yang saya dapatkan dari penjelasannya. Ditambah, saya yang sudah mengerjakan dari awal sampai akhir tugas kelompok, malah saya yang mendapat nilai paling rendah.

Nilai C satunya lagi dari dosen yang JARANG sekali masuk. Hebat sekali bukan suasana di kampus saya? Saya benar-benar kecewa dengan penilaian beberapa dosen yang wallahualam apakah itu memang nilai sebenarnya atau tidak. Sekali lagi, saya kecewa dengan penilaian beberapa dosen.

Tapi di samping beberapa dosen ‘mengesalkan’ tadi, ada juga kok masih dosen yang memang cerdas, juga bisa memberikan saya wawasan yang tidak bisa saya pelajari secara otodidak. Saya ucapkan terima kasih untuk dosen-dosen yang memang memberikan nilai secara adil juga tidak hanya subjektif tapi juga objektif. Yang sudah membuat saya tidak merasa rugi duduk di bangku perkuliahan. Dosen-dosen yang sudah membuka wawasan saya, plus perlahan mengubah mental “tempe” saya. Semoga Allah membalas ilmu yang telah kalian bagikan kepada kami J

Yah, sekiranya cukup sekian CORETAN ISAH kali ini. Hanya ini yang mampu saya tulis untuk tulisan pertama ini.

Bagi yang membaca tulisan ini, saya ucapkan beribu terima kasih karena ini hanyalah coretan seorang pemula yang tidak tahu diri bermimpi untuk bisa menjadi penulis seperti Bunda Asma Nadia dan Om Isa Alamsyah.

Terima kasih…

Salam literasi ^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar