Be Happy^^

No More Pain, No More Cry (: (:

Minggu, 14 Februari 2016

(Fanfiction) The Craziest Morning


The Craziest Morning

.
.

Author:
Aisyah (@cloudisah)

.

Cast:
You and All of BAP’s Members

.
.
***

Alarm dari ponsel di atas meja nakas memecah keheningan di pagiku yang damai. Lagu I’m The Best dari 2NE1 yang sengaja kujadikan nada alarm berhasil membuat Ayah mengetuk pintuk kamarku berkali-kali karena nyaringnya suara alarm yang memenuhi sampai seluruh rumah. Dengan malas kuraba benda persegi panjang di atas nakas itu tanpa repot-repot membuka mata, lantas kulepas baterai ponselku dengan mata yang masih tertutup rapat.

Aku benar-benar malas bertemu dengan hari Senin.
Tugas-tugas kuliahku menumpuk dan hari ini harus sudah diserahkan kepada dosen. Tssk… Bahkan membayangkan wajah dosen Manajemen Operasi dan Manajemen Pemasaran sudah membuat kepalaku berdenyut hebat.

Bukannya aku belum mengerjakan sama sekali tugas-tugas itu. Aku sudah mengerjakannya dan tinggal menyelesaikan bagian akhirnya saja. Hanya saja, aku sungguh bosan selalu ditugasi membuat karya tulis ataupun makalah dan aku bahkan muak melihat Ms. Word pada layar laptopku.

Hell…

Mendekati minggu tenang dalam rangka menghadapi UAS seharusnya para dosen itu tidak perlu repot-repot membebani mahasiswanya dengan tugas yang seabrek banyaknya. Ini sih bukan minggu tenang namanya. Huhh, menyebalkan.

Kurasakan seseorang menyenggol pelan bahuku. Kutebak pasti adikku yang disuruh Mama membangunkanku dari tidur damaiku. Oh, bisakah waktu kembali ke hari Minggu saja? Aku tidak ingin pergi ke kampus hari ini -_-

“Hey, bangun. Sudah jam tujuh kurang lima menit. Nanti Nuna terlambat lagi ke kampus.”

Heh? Kenapa suara adik laki-lakiku berubah jadi suara pria dewasa seperti itu? Adikku kan masih SMP, dan ia tidak mungkin mengalami pubertas dalam waktu satu malam. Dan, apa yang dikatakannya tadi? Nuna? Memangnya aku sedang berada dalam drama Korea?

Dengan berat kubuka kedua kelopak mataku…

Oh, baiklah. Sepertinya aku masih bermimpi sekarang.

Aku mendapati seorang Jongup tersenyum lebar tepat di sampingku. Dengan kecepatan cahaya aku bangkit duduk lantas mengucek mataku berkali-kali. Sial! Kenapa aku masih bermimpi? Aku bisa terlambat ke kampus jika masih keenakan bermimpi sekarang. Kurasa aku harus kembali tidur agar bisa kembali ke dunia nyataku.

“Ayo Nuna, Mama sudah menyiapkan sarapan. Cepat ke dapur sebelum Himchan Hyung turun tangan dan membangunkan Nuna secara tidak manusiawi,” Jongup berdiri setelahnya dan berdiri di ambang pintu menungguku mengikutinya.

Himchan? Apa lagi ini? Kenapa ada member BAP dalam mimpiku?

“Kurasa aku harus kembali tidur. Jongup, aku tahu kalau aku sekarang ini terlalu menggilai kalian berenam apalagi setelah comeback kalian. Tapi, aku tidak ingin menjadi gila dengan bermimpi seperti ini bersama kalian,” ucapku serak seperti orang bodoh.

Kulihat Jongup menatapku tanpa ekspresi. “Kurasa tadi Nuna bermimpi aneh. Sudahlah, cepat ke dapur dan berhenti bicara yang tidak-tidak,” Jongup berjalan meninggalkanku sendirian di kamar.

Ragu, aku mencoba melangkahkan kakiku perlahan ke luar kamar. Setidaknya, dalam mimpi ini aku masih berada di dalam rumahku sendiri.

Nuna! Tolong bantu aku memasang dasi ini, ayo Nuna cepat aku harus buru-buru ke sekolah…”

Seorang pria tinggi yang sangat aku ketahui namanya menyodorkan padaku dasi SMA yang membuatku mau tak mau memasangkan dasi itu untuknya. Ini benar-benar gila. Kenapa aku merasa ini sangat nyata? Berapa lama lagi aku harus bermimpi seperti ini???

“Terima kasih Nuna, Zelo pamit ke sekolah dulu—”

~chuu

Kedua mataku melotot sempurna setelah pria tinggi bernama Zelo itu mengecup pipi kananku. Hey! Apa-apaan dia?

Belum sempat aku berteriak, ia sudah menghilang keluar rumah. Aku masih bergeming tak percaya. Jangan-jangan ini bukan mimpi. Jangan-jangan aku terpilih sebagai fans yang dikerjai member BAP dan ada banyak kamera CCTV di setiap sudut rumahku.

Baru saja aku hendak melirik sudut rumah, sebuah lengan besar melingkar di leherku. Aku kembali terkejut ketika—

“Bagaimana tidurmu tadi malam saudara kembarku? Kurasa kau tidak bermimpi aneh lagi karena aku tidak mendengarmu mengigau dari kamar sebelah.”

—seorang Youngjae berdiri di sampingku seraya merangkulku!

“Saudara kembar?” tanyaku dengan ekspresi seperti orang paling bodoh sedunia.

Youngjae menoyor kepalaku pelan lantas berdecak kesal. “Tidak usah berlebihan seperti itu. Aku tahu kita memang tidak mirip, tapi mau bagaimana lagi kita lahir hanya selisih dua menit saja.” Youngjae berjalan meninggalkanku menuju dapur.

Hey ayolah. Jangankan wajah yang tidak mirip, setahuku lelaki itu lahir bulan Januari dan aku Februari meskipun di tahun yang sama. Kenapa bisa jadi saudara kembar sih?

Dongsaeng kesayangan Oppa baru bangun?” seorang pria dengan suara lebih berat tiba-tiba datang dan mengacak-acak pelan rambutku.

Kali ini aku tidak bisa menahan keterkejutanku dan kedua mataku sudah melotot sempurna ketika retinaku menangkap sosok pria dengan handuk kecil di bahunya, mengenakan setelan olahraga—kemungkinan ia habis oahraga pagi—dengan keringat yang memenuhi tubuhnya membuatnya benar-benar seksi! Ya Tuhan… Sungguh Maha Kuasa Engkau yang telah menciptakan pria rupawan bernama…

Eh? Tunggu dulu. SEORANG BANG YONGGUK ADA DI HADAPANKU SEKARANG??!

“Bang… Bang… Bang Yong..guk?” suaraku rasanya sangat sulit kukeluarkan.

Pria di hadapanku ini menatapku seraya menggeleng-gelengkan kepalanya. “Kurasa adik perempuanku satu-satunya ini harus segera dicarikan jodohnya agar ia kembali normal.”

Setelah berkata begitu, pria tampan itu berlalu dari hadapanku dan menuju tempat yang sama dengan Youngjae tadi, dapur. Tanpa sadar kakiku melangkah dengan sendirinya menuju tempat yang sama dengan mereka. Kurasa aku sudah terlalu berlebihan menggilai mereka sampai-sampai harus bermimpi menjadi saudara mereka seperti sekarang ini.

Jika sekarang aku adalah tokoh kartun, kemungkinan kedua bola mataku sudah digambarkan keluar dan jatuh dari tempatnya. Di sekeliling meja makan ada semua member BAP, Yongguk, Himchan, Daehyun, Youngjae, dan Jongup—minus Zelo karena ia sepertinya buru-buru ke sekolah tadi. Mereka sih tidak terlalu mengejutkanku. Tapi yang benar-benar mengejutkanku adalah...

“Kenapa baru bangun? Ayo cepat sarapan dulu. Anak perempuan  tidak baik bangun kesiangan.”

Itu Ayahku. Ya, Ayahku di dunia nyata. Kenapa Ayah dan Mamaku bisa ikut dalam mimpiku?

Kucubit tanganku sekuat yang kubisa. Aww. Loh, kenapa sakit? Lantas kembali kucubit pipiku. Eh? Sakit! Ini mimpi atau bukan sih???

Aku mendudukkan diriku tepat di samping Daehyun. Astaga, jantungku ingin mencelos saja karena aroma tubuh Daehyun yang wangi benar-benar memenuhi indra penciumanku. Belum lagi Himchan yang duduk di sisi kiriku. Aku-benar-benar-sudah-gila!

“Mau Oppa tuangkan susunya?”

Aku gelagapan ketika Daehyun mengambil gelasku yang kosong dan mulai menuangkan susu vanilla ke dalamnya. Oh tidak. Kumohon semoga wajahku tidak memerah sekarang. Bagaimana mungkin aku sanggup bertahan ketika seorang Jung Daehyun yang notabene-nya adalah member favoritku di BAP duduk tepat di sampingku dan tersenyum manis ke hadapanku. Oh Tuhan tolong aku T_T

“Bagaimana tugas-tugasmu yang seharian kau kerjakan kemarin? Sudah selesai?”

Himchan menanyaiku sembari mengunyah nasi goreng. Nasi goreng ini sangat kukenali. Ini kan nasi goreng buatan Mamaku yang sering Mama buat untuk sarapan keluarga kami.

Oppa, aku sedang mimpi kan? Ini mustahil aku bisa bertemu kalian sebagai saudaraku. Ini hanya mimpi kan?” alih-alih menjawab pertanyaannya, aku malah balik mengajukan pertanyaan.

“Mama sudah bilang, sebelum tidur itu baca doa dulu. Sudah, cepat habiskan sarapanmu,” suara Mama terdengar nyata di telingaku. Aku menatap Mama yang dengan santainya menghabiskan sarapannya dan sesekali tertawa bersama Ayah karena lelucon dari Yongguk Oppa.

Kembali kulirik sudut ruangan. Aku harus memastikan ada CCTV kalau-kalau sekarang aku memang sedang dikerjai untuk program baru TS Entertainment.

“Ckk, saudara kembar menyebalkan. Kenapa malah diam saja? Cepat habiskan sarapanmu, nanti aku bisa terlambat ke kampus juga gara-gara menunggumu,” Youngjae menatapku dengan kesal.

Perlahan aku menyuapkan nasi goreng ke dalam mulutku. Kenapa rasanya aku seperti mengunyah sungguhan? Ini nasi goreng asli. Sungguh. Ini sangat berbeda dengan keadaan dalam mimpi pada umumnya.

“Kamu sakit?”  Daehyun menyentuh pelan keningku.

Oh please jangan lakukan itu. Aku bisa mengalami serangan jantung mendadak karena Daehyun terus-terusan bersikap sebagai kakak yang manis dan baik hati.

“Aku tidak sakit, Oppa,” aku berusaha memasang senyum terbaik agar tidak terlihat buruk di hadapan Daehyun.

“Hahaha, kurasa dia terlalu stress dengan tugas-tugasnya Hyung,” seru Jongup lantas setelahnya ia dan Youngjae ber-high five ria.

“Sudah-sudah. Cepat habiskan sarapan kalian lalu setelah itu pergi ke kampus,” Himchan menengahi.

Aku melirik Daehyun. Sepertinya ia menikmati sekali nasi goreng buatan Mama.

Kembali aku melirik sudut lain di dapur. Ckk, aku sama sekali tidak menemukan CCTV. Jadi, sebenarnya ini apa? Mimpi atau aku pindah ke dunia lain sih? Eh, lagipula jika ini bukan mimpi, bagaimana mungkin mereka fasih berbahasa Indonesia?

“Jongup, hari ini kau tidak ada jadwal kuliah kan? Hari ini temani aku dan Daehyun membantu Ayah mencabut singkong di kebun. Sepertinya kita akan panen besar hari ini.”

Ucapan Yongguk Oppa barusan berhasil membuatku tersedak. Dengan cepat Himchan menyodorkan gelas berisi susu yang tadi dituangkan Daehyun ke hadapanku. Aku segera meminumnya sembari Daehyun mengelus pelan punggungku.

Aku jadi mulai membayangkan, bagaimana keadaan tiga pria tampan itu yang diterpa sinar matahari langsung di kebun singkong Ayah sambil mencabut batang-batang singkong. Ya Tuhan, pasti sungguh mengenaskan sekali keadaan mereka. Berbanding terbalik dengan keadaan mereka saat di stage.

“Aku sudah selesai sarapan. Aku akan membantumu menyelesaikan tugas Manajemen Operasi dan Karya Tulis Manajemen Pemasaran. Jadi setelah ini kau harus bersiap-siap ke kampus supaya kita tidak terlambat. Ayo cepat,” ucap Youngjae lantas meninggalkan dapur.

Kupikir dengan aku yang berada di tengah-tengah member BAP ini, tugas-tugas itu sudah lenyap. Tsk, sepertinya hidupku tidak akan tenang dari tugas-tugas dosen itu.

“Awwwhh…”

“Kamu kenapa??” sayup-sayup kudengar suara Daehyun Oppa. “Hey, ada apa?” suara Daehyun Oppa terdengar semakin memelan.

“Awwwh,” aku merasakan mataku perih seperti kemasukan air. Semakin lama air itu serasa semakin banyak dan membasahi seluruh wajahku.

“Woooey bangun!!! Dari tadi dibangunin sampai Ayah marah-marah tuh kakak masih keenakan tidur.”

Hah? Itu suara adik laki-lakiku satu-satunya. Suara khas anak SMP.

Dengan cepat kubuka mataku. Kudapati adikku membawa sebuah gelas kaca yang sudah kosong isinya. Jangan-jangan tadi ia menumpahkan semuanya ke wajahku??!

“Hyaaaa! Kenapa kamu menyiram wajahku huhhh??” teriakku heboh dan ingin mencubit habis-habisan lengannya.

Belum sempat aku mencapai lengannya, adik laki-lakiku yang kurang ajar itu sudah menghilang dari dalam kamarku. Ckk, adik menyebalkan!

Tsk, jadi tadi hanya mimpi menjadi saudara member BAP.. huhh.

Kutatap meja belajarku yang dipenuhi dengan kertas dan juga buku-buku yang berserakan. Aaggh, aku kembali bertemu tugas-tugas itu lagi.



Kulirik jam dinding. Ya Tuhan! Sudah jam tujuh tepat! Aku belum menyelesaikan bagian akhir tugas-tugas itu. Oh tidak, bagaimana ini? Huwaaa… Yongguk Oppa bawa aku bersamamu ke Korea Selatan…! >_<

.
.
FIN

Mhuehehehehh… kelamaan nggak nulis di blog :p
FF ini aku bikin menjelang UAS saat tugas-tugas malah bergentayangan >_<
Terima kasih yang berkenan membaca FF gaje ini yaaa *big hug*
Syukur-syukur sih kalo ada yang mau baca wkwkwkk :v


Tidak ada komentar:

Posting Komentar