The Craziest
Morning
.
.
Author:
Aisyah (@cloudisah)
.
Cast:
You and All of BAP’s Members
.
.
***
Alarm
dari ponsel di atas meja nakas memecah keheningan di pagiku yang damai. Lagu I’m The Best dari 2NE1 yang sengaja
kujadikan nada alarm berhasil membuat Ayah mengetuk pintuk kamarku berkali-kali
karena nyaringnya suara alarm yang memenuhi sampai seluruh rumah. Dengan malas
kuraba benda persegi panjang di atas nakas itu tanpa repot-repot membuka mata,
lantas kulepas baterai ponselku dengan mata yang masih tertutup rapat.
Aku
benar-benar malas bertemu dengan hari Senin.
Tugas-tugas
kuliahku menumpuk dan hari ini harus sudah diserahkan kepada dosen. Tssk… Bahkan membayangkan wajah dosen
Manajemen Operasi dan Manajemen Pemasaran sudah membuat kepalaku berdenyut
hebat.
Bukannya
aku belum mengerjakan sama sekali tugas-tugas itu. Aku sudah mengerjakannya dan
tinggal menyelesaikan bagian akhirnya saja. Hanya saja, aku sungguh bosan
selalu ditugasi membuat karya tulis ataupun makalah dan aku bahkan muak melihat
Ms. Word pada layar laptopku.
Hell…
Mendekati
minggu tenang dalam rangka menghadapi UAS seharusnya para dosen itu tidak perlu
repot-repot membebani mahasiswanya dengan tugas yang seabrek banyaknya. Ini
sih bukan minggu tenang namanya. Huhh, menyebalkan.
Kurasakan
seseorang menyenggol pelan bahuku. Kutebak pasti adikku yang disuruh Mama
membangunkanku dari tidur damaiku. Oh, bisakah waktu kembali ke hari Minggu
saja? Aku tidak ingin pergi ke kampus hari ini -_-
“Hey,
bangun. Sudah jam tujuh kurang lima menit. Nanti Nuna terlambat lagi ke kampus.”
Heh?
Kenapa suara adik laki-lakiku berubah jadi suara pria dewasa seperti itu?
Adikku kan masih SMP, dan ia tidak mungkin mengalami pubertas dalam waktu satu
malam. Dan, apa yang dikatakannya tadi? Nuna?
Memangnya aku sedang berada dalam drama Korea?
Dengan
berat kubuka kedua kelopak mataku…
Oh,
baiklah. Sepertinya aku masih bermimpi sekarang.
Aku
mendapati seorang Jongup tersenyum lebar tepat di sampingku. Dengan kecepatan
cahaya aku bangkit duduk lantas mengucek mataku berkali-kali. Sial! Kenapa aku
masih bermimpi? Aku bisa terlambat ke kampus jika masih keenakan bermimpi
sekarang. Kurasa aku harus kembali tidur agar bisa kembali ke dunia nyataku.
“Ayo
Nuna, Mama sudah menyiapkan sarapan.
Cepat ke dapur sebelum Himchan Hyung
turun tangan dan membangunkan Nuna
secara tidak manusiawi,” Jongup berdiri setelahnya dan berdiri di ambang pintu
menungguku mengikutinya.
Himchan?
Apa lagi ini? Kenapa ada member BAP dalam mimpiku?
“Kurasa
aku harus kembali tidur. Jongup, aku tahu kalau aku sekarang ini terlalu
menggilai kalian berenam apalagi setelah comeback
kalian. Tapi, aku tidak ingin menjadi gila dengan bermimpi seperti ini
bersama kalian,” ucapku serak seperti orang bodoh.
Kulihat
Jongup menatapku tanpa ekspresi. “Kurasa tadi Nuna bermimpi aneh. Sudahlah, cepat ke dapur dan berhenti bicara
yang tidak-tidak,” Jongup berjalan meninggalkanku sendirian di kamar.
Ragu,
aku mencoba melangkahkan kakiku perlahan ke luar kamar. Setidaknya, dalam mimpi
ini aku masih berada di dalam rumahku sendiri.
“Nuna! Tolong bantu aku memasang dasi
ini, ayo Nuna cepat aku harus buru-buru
ke sekolah…”
Seorang
pria tinggi yang sangat aku ketahui namanya menyodorkan padaku dasi SMA yang
membuatku mau tak mau memasangkan dasi itu untuknya. Ini benar-benar gila.
Kenapa aku merasa ini sangat nyata? Berapa lama lagi aku harus bermimpi seperti
ini???
“Terima
kasih Nuna, Zelo pamit ke sekolah
dulu—”
~chuu
Kedua
mataku melotot sempurna setelah pria tinggi bernama Zelo itu mengecup pipi
kananku. Hey! Apa-apaan dia?
Belum
sempat aku berteriak, ia sudah menghilang keluar rumah. Aku masih bergeming tak
percaya. Jangan-jangan ini bukan mimpi. Jangan-jangan aku terpilih sebagai fans yang dikerjai member BAP dan ada
banyak kamera CCTV di setiap sudut rumahku.
Baru
saja aku hendak melirik sudut rumah, sebuah lengan besar melingkar di leherku. Aku
kembali terkejut ketika—
“Bagaimana
tidurmu tadi malam saudara kembarku? Kurasa kau tidak bermimpi aneh lagi karena
aku tidak mendengarmu mengigau dari kamar sebelah.”
—seorang
Youngjae berdiri di sampingku seraya merangkulku!
“Saudara
kembar?” tanyaku dengan ekspresi seperti orang paling bodoh sedunia.
Youngjae
menoyor kepalaku pelan lantas
berdecak kesal. “Tidak usah berlebihan seperti itu. Aku tahu kita memang tidak
mirip, tapi mau bagaimana lagi kita lahir hanya selisih dua menit saja.”
Youngjae berjalan meninggalkanku menuju dapur.
Hey
ayolah. Jangankan wajah yang tidak mirip, setahuku lelaki itu lahir bulan
Januari dan aku Februari meskipun di tahun yang sama. Kenapa bisa jadi saudara
kembar sih?
“Dongsaeng kesayangan Oppa baru bangun?” seorang pria dengan
suara lebih berat tiba-tiba datang dan mengacak-acak pelan rambutku.
Kali
ini aku tidak bisa menahan keterkejutanku dan kedua mataku sudah melotot
sempurna ketika retinaku menangkap sosok pria dengan handuk kecil di bahunya,
mengenakan setelan olahraga—kemungkinan ia habis oahraga pagi—dengan keringat
yang memenuhi tubuhnya membuatnya benar-benar seksi! Ya Tuhan… Sungguh Maha
Kuasa Engkau yang telah menciptakan pria rupawan bernama…
Eh?
Tunggu dulu. SEORANG BANG YONGGUK ADA DI HADAPANKU SEKARANG??!
“Bang…
Bang… Bang Yong..guk?” suaraku rasanya sangat sulit kukeluarkan.
Pria
di hadapanku ini menatapku seraya menggeleng-gelengkan kepalanya. “Kurasa adik
perempuanku satu-satunya ini harus segera dicarikan jodohnya agar ia kembali
normal.”
Setelah
berkata begitu, pria tampan itu berlalu dari hadapanku dan menuju tempat yang
sama dengan Youngjae tadi, dapur. Tanpa sadar kakiku melangkah dengan
sendirinya menuju tempat yang sama dengan mereka. Kurasa aku sudah terlalu
berlebihan menggilai mereka sampai-sampai harus bermimpi menjadi saudara mereka
seperti sekarang ini.
Jika
sekarang aku adalah tokoh kartun, kemungkinan kedua bola mataku sudah
digambarkan keluar dan jatuh dari tempatnya. Di sekeliling meja makan ada semua
member BAP, Yongguk, Himchan, Daehyun, Youngjae, dan Jongup—minus Zelo karena
ia sepertinya buru-buru ke sekolah tadi. Mereka sih tidak terlalu mengejutkanku. Tapi yang benar-benar
mengejutkanku adalah...
“Kenapa
baru bangun? Ayo cepat sarapan dulu. Anak perempuan tidak baik bangun kesiangan.”
Itu Ayahku. Ya, Ayahku di dunia nyata. Kenapa
Ayah dan Mamaku bisa ikut dalam mimpiku?
Kucubit tanganku sekuat yang kubisa. Aww. Loh,
kenapa sakit? Lantas kembali kucubit pipiku. Eh? Sakit! Ini mimpi atau bukan
sih???
Aku mendudukkan diriku tepat di samping
Daehyun. Astaga, jantungku ingin mencelos saja karena aroma tubuh Daehyun yang
wangi benar-benar memenuhi indra penciumanku. Belum lagi Himchan yang duduk di
sisi kiriku. Aku-benar-benar-sudah-gila!
“Mau Oppa
tuangkan susunya?”
Aku gelagapan ketika Daehyun mengambil gelasku
yang kosong dan mulai menuangkan susu vanilla ke dalamnya. Oh tidak. Kumohon
semoga wajahku tidak memerah sekarang. Bagaimana mungkin aku sanggup bertahan
ketika seorang Jung Daehyun yang notabene-nya adalah member favoritku di BAP
duduk tepat di sampingku dan tersenyum manis ke hadapanku. Oh Tuhan tolong aku
T_T
“Bagaimana tugas-tugasmu yang seharian kau
kerjakan kemarin? Sudah selesai?”
Himchan menanyaiku sembari mengunyah nasi
goreng. Nasi goreng ini sangat kukenali. Ini kan nasi goreng buatan Mamaku yang
sering Mama buat untuk sarapan keluarga kami.
“Oppa, aku
sedang mimpi kan? Ini mustahil aku bisa bertemu kalian sebagai saudaraku. Ini
hanya mimpi kan?” alih-alih menjawab pertanyaannya, aku malah balik mengajukan
pertanyaan.
“Mama sudah bilang, sebelum tidur itu baca doa
dulu. Sudah, cepat habiskan sarapanmu,” suara Mama terdengar nyata di
telingaku. Aku menatap Mama yang dengan santainya menghabiskan sarapannya dan
sesekali tertawa bersama Ayah karena lelucon dari Yongguk Oppa.
Kembali kulirik sudut ruangan. Aku harus
memastikan ada CCTV kalau-kalau sekarang aku memang sedang dikerjai untuk
program baru TS Entertainment.
“Ckk, saudara kembar menyebalkan. Kenapa malah
diam saja? Cepat habiskan sarapanmu, nanti aku bisa terlambat ke kampus juga
gara-gara menunggumu,” Youngjae menatapku dengan kesal.
Perlahan aku menyuapkan nasi goreng ke dalam
mulutku. Kenapa rasanya aku seperti mengunyah sungguhan? Ini nasi goreng asli.
Sungguh. Ini sangat berbeda dengan keadaan dalam mimpi pada umumnya.
“Kamu sakit?”
Daehyun menyentuh pelan keningku.
Oh please
jangan lakukan itu. Aku bisa mengalami serangan jantung mendadak karena Daehyun
terus-terusan bersikap sebagai kakak yang manis dan baik hati.
“Aku tidak sakit, Oppa,” aku berusaha memasang senyum terbaik agar tidak terlihat
buruk di hadapan Daehyun.
“Hahaha, kurasa dia terlalu stress dengan tugas-tugasnya Hyung,” seru Jongup lantas setelahnya ia
dan Youngjae ber-high five ria.
“Sudah-sudah. Cepat habiskan sarapan kalian
lalu setelah itu pergi ke kampus,” Himchan menengahi.
Aku melirik Daehyun. Sepertinya ia menikmati
sekali nasi goreng buatan Mama.
Kembali aku melirik sudut lain di dapur. Ckk,
aku sama sekali tidak menemukan CCTV. Jadi, sebenarnya ini apa? Mimpi atau aku
pindah ke dunia lain sih? Eh, lagipula jika ini bukan mimpi, bagaimana mungkin
mereka fasih berbahasa Indonesia?
“Jongup, hari ini kau tidak ada jadwal kuliah
kan? Hari ini temani aku dan Daehyun membantu Ayah mencabut singkong di kebun.
Sepertinya kita akan panen besar hari ini.”
Ucapan Yongguk Oppa barusan berhasil membuatku tersedak. Dengan cepat Himchan
menyodorkan gelas berisi susu yang tadi dituangkan Daehyun ke hadapanku. Aku
segera meminumnya sembari Daehyun mengelus pelan punggungku.
Aku jadi mulai membayangkan, bagaimana keadaan
tiga pria tampan itu yang diterpa sinar matahari langsung di kebun singkong
Ayah sambil mencabut batang-batang singkong. Ya Tuhan, pasti sungguh
mengenaskan sekali keadaan mereka. Berbanding terbalik dengan keadaan mereka
saat di stage.
“Aku sudah selesai sarapan. Aku akan
membantumu menyelesaikan tugas Manajemen Operasi dan Karya Tulis Manajemen
Pemasaran. Jadi setelah ini kau harus bersiap-siap ke kampus supaya kita tidak
terlambat. Ayo cepat,” ucap Youngjae lantas meninggalkan dapur.
Kupikir dengan aku yang berada di
tengah-tengah member BAP ini, tugas-tugas itu sudah lenyap. Tsk, sepertinya
hidupku tidak akan tenang dari tugas-tugas dosen itu.
“Awwwhh…”
“Kamu kenapa??” sayup-sayup kudengar suara
Daehyun Oppa. “Hey, ada apa?” suara
Daehyun Oppa terdengar semakin
memelan.
“Awwwh,” aku merasakan mataku perih seperti
kemasukan air. Semakin lama air itu serasa semakin banyak dan membasahi seluruh
wajahku.
“Woooey bangun!!! Dari tadi dibangunin sampai
Ayah marah-marah tuh kakak masih keenakan tidur.”
Hah? Itu suara adik laki-lakiku satu-satunya.
Suara khas anak SMP.
Dengan cepat kubuka mataku. Kudapati adikku
membawa sebuah gelas kaca yang sudah kosong isinya. Jangan-jangan tadi ia
menumpahkan semuanya ke wajahku??!
“Hyaaaa! Kenapa kamu menyiram wajahku huhhh??”
teriakku heboh dan ingin mencubit habis-habisan lengannya.
Belum sempat aku mencapai lengannya, adik
laki-lakiku yang kurang ajar itu sudah menghilang dari dalam kamarku. Ckk, adik
menyebalkan!
Tsk, jadi tadi hanya mimpi menjadi saudara
member BAP.. huhh.
Kutatap meja belajarku yang dipenuhi dengan
kertas dan juga buku-buku yang berserakan. Aaggh, aku kembali bertemu
tugas-tugas itu lagi.
Kulirik jam dinding. Ya Tuhan! Sudah jam tujuh
tepat! Aku belum menyelesaikan bagian akhir tugas-tugas itu. Oh tidak,
bagaimana ini? Huwaaa… Yongguk Oppa
bawa aku bersamamu ke Korea Selatan…! >_<
.
.
FIN
Mhuehehehehh…
kelamaan nggak nulis di blog :p
FF ini aku
bikin menjelang UAS saat tugas-tugas malah bergentayangan >_<
Terima kasih
yang berkenan membaca FF gaje ini yaaa *big
hug*
Syukur-syukur
sih kalo ada yang mau baca wkwkwkk :v
Tidak ada komentar:
Posting Komentar