A Short Meeting
.
.
Author:
Aisyah
a.k.a Cloudisah
.
Cast:
Super
Junior’s Yesung a.k.a Kim Jongwoon
OC’s Jirin
.
Ficlet, Teen, Typo...
.
.
<3<3<3
Menunggu bukanlah keahlian Jirin. Ia juga sama seperti gadis
seusianya kebanyakan, tak suka menunggu. Terlebih menunggu seseorang yang
bahkan terlampau jarang untuk sekedar peduli padanya. Tapi itulah yang selama
tiga bulan terakhir Jirin lakukan, menunggu Jongwoon pulang kembali ke kota
kelahirannya kendatipun sekedar bertatap sekian menit.
Jirin hanya gadis biasa seperti gadis lain, gadis biasa yang
hanya bisa mengagumi seorang pria dalam diam. Hanya berharap sang pria bisa
peka terhadap perasaannya dengan menunggu. Menunggu sang pria mengungkapkan
perasaannya padanya. Menunggu sang pria memberi kabar di sela-sela kesibukannya
di kota perantauan.
Walaupun selama ini Jirin-lah yang selalu menjadi orang
pertama yang menghubungi Jongwoon, mengiriminya sms, menelponnya, mengirim
pesan di media sosial, tapi Jirin tak bisa menyerah akan perasaannya karena
Jongwoon yang jarang peduli padanya. Toh Jongwoon selalu membalas semua
pesannya dan membuat Jirin akhirnya kembali melambung tinggi dan terus hidup
dalam ekspektasi tak berujung terhadap perasaannya untuk Jongwoon.
Mungkin segala penantian Jirin ‘sedikit’ terbayar dengan
pesan singkat yang tadi malam Jongwoon kirimkan padanya.
From:
Jongpa
Jirin-a, aku sudah pulang kemarin. Besok kau
ada di rumah? Aku akan ke rumahmu besok.. Tunggu aku ya ^^
Jirin tak bisa menahan lengkungan bibirnya tiap kali ia
membaca pesan Jongwoon tersebut berulang-ulang. Dan rona merah menjalar begitu
saja di wajahnya sembari tungkainya membawa tubuh mungilnya berdiri di depan
pagar rumah demi menunggu Jongwoon.
Bisakah Jirin berharap ia tak mati saat presensi Jongwoon
nanti di dekatnya? Jantungnya saja sudah berdentam tak normal ketika motor sport Jongwoon sudah terlihat puluhan
meter di jalan. Jirin menggenggam erat ponsel yang ia pegang sembari mengatur
nafasnya yang terasa terkecat karena jantungnya yang terus bertalu dengan
frekuensi yang teramat cepat.
“Oppa,” sambut
Jirin kala Jongwoon benar-benar sudah memasuki pekarangan rumahnya dan
memakirkan motornya di dalam pekarangan rumah Jirin.
Jongwoon tersenyum lembut sembari menatap iris caramel Jirin, lantas mengusap puncak
kepala Jirin sekilas. “Apa aku boleh masuk?,” Jongwoon memperbaiki posisi
ranselnya setelah anggukan dari Jirin dan mengikuti Jirin memasuki teras rumah.
“Oppa mau masuk ke
dalam atau di teras saja?,” Jirin berhenti di depan pintu masuk dan menatap
Jongwoon yang terlihat sedikit berbeda dengan saat terakhir mereka bertemu tiga
bulan yang lalu. Pria itu terlihat lebih kurus dengan rambutnya lebih pendek
dibanding yang Jirin lihat tiga bulan lalu.
Jongwoon langsung meletakkan ranselnya di samping kursi teras
lalu mendudukkan tubuhnya di kursi itu. “Di sini saja”
Jirin hanya mengangguk lantas turut duduk di kursi lainnya. “Oppa mau minum apa?”
“Hey.. Tak usah repot begitu, aku tak haus kok. Eum,
bagaimana kabar Dongsaeng-ku yang
makin cantik ini?”
Rona di wajah Jirin semakin tercetak jelas berkat pertanyaan
Jongwoon barusan. Hingga gadis itu harus kembali berusaha mengatur dentaman
jantungnya. “Seperti yang Oppa lihat.
Aku baik-baik saja. Oppa pasti baik
juga kan?”
“Heumm,” Jongwoon
mengangguk pasti sembari tangannya mengeluarkan sebuah bungkusan dari dalam
ranselnya. “Oh iya, ini aku bawakan sesuatu untuk Dongsaeng-ku tersayang.” Jongwoon menyerahkan bungkusan hitam pada
Jirin yang langsung diterima dengan antusias oleh gadis itu.
“Apa ini Oppa?”
“Bukalah”
Binar pada manik Jirin terlihat jelas serta lengkungan
bibirnya yang semakin tertarik ketika netranya menangkap bayangan benda di
dalam bungkusan yang Jongwoon berikan padanya. “Es krim?”
“Hmm, kau suka kan?
Aku belikan spesial untukmu”
“Tapi kenapa ada dua Oppa?,”
alis Jirin bertaut bingung karena ada dua es krim dengan dua rasa yang berbeda.
Coklat dan espresso.
“Yang coklat untukmu. Sebenarnya yang rasa espresso itu untukku, karena aku ingin
kita makan es krim itu bersama. Tapi-” Jongwoon melirik arloji di pergelangan
tangannya. “Kurasa aku harus segera berangkat”
“Berangkat? Oppa
sudah akan pergi lagi? Tapi bukankah Oppa
baru saja tiba kemarin? Kenapa cepat sekali?,” pertanyaan beruntun Jirin
membuat Jongwoon terkekeh pelan.
“Sebenarnya aku tidak libur, hanya mencuri waktu untuk pulang
dan menyempatkan diri untuk bertemu denganmu. Lagipula kemarin ibuku memintaku
untuk pulang sebentar, jadi aku izin kerja”
Jongwoon sadar dengan perubahan air muka Jirin. Gadis itu
bahkan hanya menatap bungkusan di tangannya dengan ekspresi cemberut.
“Aku akan pulang lagi kok,
mungkin sekitar satu setengan bulan lagi aku ada libur panjang. Jangan sedih
seperti itu,” Jongwoon kembali mengelus pelan puncak kepala Jirin.
Jirin berusaha menciptakan sebuah senyum –meskipun ia akui
senyumnya terlihat jelek- dan menatap tepat pada manik kelam Jongwoon dengan
tak rela. “Padahal kita baru saja bertemu”
“Tak apa. Yang penting kan
kita sudah bisa bertemu sebentar. Ya sudah, aku harus segera berangkat,”
Jongwooon bersiap menyampirkan ranselnya dan berjalan meninggalkan teras rumah
Jirin menuju motornya yang terparkir di pekarangan.
Jirin turut mengantar Jongwoon sampai di dekat motornya.
“Hati-hati di jalan ya Oppa”
“Heumm, aku pergi
dulu Jirin-a.. Anyeong,” Jongwoon melambaikan tangannya yang disambut dengan
lambaian tak rela dari Jirin.
Jirin terus menatap motor Jongwoon yang mulai menjauhi
halaman rumahnya. Akhirnya ia hanya bisa kembali menelan rasa rindu pada
Jongwoon. Akhirnya ia harus kembali menungu Jongwoon pulang untuk bertemu
dengannya. Akhirnya ia hanya bisa menahan air matanya yang mulai menggenang di
pelupuk matanya. Karena banyak hal yang ingin Jirin katakan pada Jongwoon.
Banyak hal yang ingin Jirin ceritakan pada Jongwoon. Banyak hal yang ingin
Jirin tanyakan pada Jongwoon.
Jirin menatap bungkusan yang tadi Jongwoon berikan padanya.
Dua buah es krim yang akhirnya harus Jirin habiskan sendiri. Dua buah es krim
yang sedikit mengobati kerinduan Jirin pada Jongwoon. Dua buah es krim yang
harus Jirin habiskan demi Jongwoon.
Jirin tersenyum hambar setelah fokusnya beralih dari
bungkusan yang ia tenteng pada jalan raya di mana eksistensi Jongwoon tak
terlihat lagi di sana. “Oppa, kurasa aku
akan sakit perut setelah ini”
.
.
FIN
Ehm.. Test, test...
Cuman mau bilang kalo ngabisin dua buah es krim sendirian itu nggak
enakin banget T_T apalagi harusnya es krim itu buat dimakan berdua...
(psstt.. pengalaman pribadi author :p)
Oke makasih yang sudah mau baca ^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar