Be Happy^^

No More Pain, No More Cry (: (:

Kamis, 23 Oktober 2014

(Fanfiction) A Short Meeting



A Short Meeting
.
.

Author:
Aisyah a.k.a Cloudisah

.

Cast:
Super Junior’s Yesung a.k.a Kim Jongwoon
OC’s Jirin

.

Ficlet, Teen, Typo...

.
.

<3<3<3

Menunggu bukanlah keahlian Jirin. Ia juga sama seperti gadis seusianya kebanyakan, tak suka menunggu. Terlebih menunggu seseorang yang bahkan terlampau jarang untuk sekedar peduli padanya. Tapi itulah yang selama tiga bulan terakhir Jirin lakukan, menunggu Jongwoon pulang kembali ke kota kelahirannya kendatipun sekedar bertatap sekian menit.

Jirin hanya gadis biasa seperti gadis lain, gadis biasa yang hanya bisa mengagumi seorang pria dalam diam. Hanya berharap sang pria bisa peka terhadap perasaannya dengan menunggu. Menunggu sang pria mengungkapkan perasaannya padanya. Menunggu sang pria memberi kabar di sela-sela kesibukannya di kota perantauan.

Walaupun selama ini Jirin-lah yang selalu menjadi orang pertama yang menghubungi Jongwoon, mengiriminya sms, menelponnya, mengirim pesan di media sosial, tapi Jirin tak bisa menyerah akan perasaannya karena Jongwoon yang jarang peduli padanya. Toh Jongwoon selalu membalas semua pesannya dan membuat Jirin akhirnya kembali melambung tinggi dan terus hidup dalam ekspektasi tak berujung terhadap perasaannya untuk Jongwoon.

Mungkin segala penantian Jirin ‘sedikit’ terbayar dengan pesan singkat yang tadi malam Jongwoon kirimkan padanya.

From: Jongpa
Jirin-a, aku sudah pulang kemarin. Besok kau ada di rumah? Aku akan ke rumahmu besok.. Tunggu aku ya ^^

Jirin tak bisa menahan lengkungan bibirnya tiap kali ia membaca pesan Jongwoon tersebut berulang-ulang. Dan rona merah menjalar begitu saja di wajahnya sembari tungkainya membawa tubuh mungilnya berdiri di depan pagar rumah demi menunggu Jongwoon.

Bisakah Jirin berharap ia tak mati saat presensi Jongwoon nanti di dekatnya? Jantungnya saja sudah berdentam tak normal ketika motor sport Jongwoon sudah terlihat puluhan meter di jalan. Jirin menggenggam erat ponsel yang ia pegang sembari mengatur nafasnya yang terasa terkecat karena jantungnya yang terus bertalu dengan frekuensi yang teramat cepat.

Oppa,” sambut Jirin kala Jongwoon benar-benar sudah memasuki pekarangan rumahnya dan memakirkan motornya di dalam pekarangan rumah Jirin.

Jongwoon tersenyum lembut sembari menatap iris caramel Jirin, lantas mengusap puncak kepala Jirin sekilas. “Apa aku boleh masuk?,” Jongwoon memperbaiki posisi ranselnya setelah anggukan dari Jirin dan mengikuti Jirin memasuki teras rumah.

Oppa mau masuk ke dalam atau di teras saja?,” Jirin berhenti di depan pintu masuk dan menatap Jongwoon yang terlihat sedikit berbeda dengan saat terakhir mereka bertemu tiga bulan yang lalu. Pria itu terlihat lebih kurus dengan rambutnya lebih pendek dibanding yang Jirin lihat tiga bulan lalu.

Jongwoon langsung meletakkan ranselnya di samping kursi teras lalu mendudukkan tubuhnya di kursi itu. “Di sini saja”

Jirin hanya mengangguk lantas turut duduk di kursi lainnya. “Oppa mau minum apa?”

“Hey.. Tak usah repot begitu, aku tak haus kok. Eum, bagaimana kabar Dongsaeng-ku yang makin cantik ini?”

Rona di wajah Jirin semakin tercetak jelas berkat pertanyaan Jongwoon barusan. Hingga gadis itu harus kembali berusaha mengatur dentaman jantungnya. “Seperti yang Oppa lihat. Aku baik-baik saja. Oppa pasti baik juga kan?”

Heumm,” Jongwoon mengangguk pasti sembari tangannya mengeluarkan sebuah bungkusan dari dalam ranselnya. “Oh iya, ini aku bawakan sesuatu untuk Dongsaeng-ku tersayang.” Jongwoon menyerahkan bungkusan hitam pada Jirin yang langsung diterima dengan antusias oleh gadis itu.

“Apa ini Oppa?”

“Bukalah”

Binar pada manik Jirin terlihat jelas serta lengkungan bibirnya yang semakin tertarik ketika netranya menangkap bayangan benda di dalam bungkusan yang Jongwoon berikan padanya. “Es krim?”

Hmm, kau suka kan? Aku belikan spesial untukmu”

“Tapi kenapa ada dua Oppa?,” alis Jirin bertaut bingung karena ada dua es krim dengan dua rasa yang berbeda. Coklat dan espresso.

“Yang coklat untukmu. Sebenarnya yang rasa espresso itu untukku, karena aku ingin kita makan es krim itu bersama. Tapi-” Jongwoon melirik arloji di pergelangan tangannya. “Kurasa aku harus segera berangkat”

“Berangkat? Oppa sudah akan pergi lagi? Tapi bukankah Oppa baru saja tiba kemarin? Kenapa cepat sekali?,” pertanyaan beruntun Jirin membuat Jongwoon terkekeh pelan.

“Sebenarnya aku tidak libur, hanya mencuri waktu untuk pulang dan menyempatkan diri untuk bertemu denganmu. Lagipula kemarin ibuku memintaku untuk pulang sebentar, jadi aku izin kerja”

Jongwoon sadar dengan perubahan air muka Jirin. Gadis itu bahkan hanya menatap bungkusan di tangannya dengan ekspresi cemberut.

“Aku akan pulang lagi kok, mungkin sekitar satu setengan bulan lagi aku ada libur panjang. Jangan sedih seperti itu,” Jongwoon kembali mengelus pelan puncak kepala Jirin.

Jirin berusaha menciptakan sebuah senyum –meskipun ia akui senyumnya terlihat jelek- dan menatap tepat pada manik kelam Jongwoon dengan tak rela. “Padahal kita baru saja bertemu”

“Tak apa. Yang penting kan kita sudah bisa bertemu sebentar. Ya sudah, aku harus segera berangkat,” Jongwooon bersiap menyampirkan ranselnya dan berjalan meninggalkan teras rumah Jirin menuju motornya yang terparkir di pekarangan.

Jirin turut mengantar Jongwoon sampai di dekat motornya. “Hati-hati di jalan ya Oppa

Heumm, aku pergi dulu Jirin-a.. Anyeong,” Jongwoon melambaikan tangannya yang disambut dengan lambaian tak rela dari Jirin.

Jirin terus menatap motor Jongwoon yang mulai menjauhi halaman rumahnya. Akhirnya ia hanya bisa kembali menelan rasa rindu pada Jongwoon. Akhirnya ia harus kembali menungu Jongwoon pulang untuk bertemu dengannya. Akhirnya ia hanya bisa menahan air matanya yang mulai menggenang di pelupuk matanya. Karena banyak hal yang ingin Jirin katakan pada Jongwoon. Banyak hal yang ingin Jirin ceritakan pada Jongwoon. Banyak hal yang ingin Jirin tanyakan pada Jongwoon.

Jirin menatap bungkusan yang tadi Jongwoon berikan padanya. Dua buah es krim yang akhirnya harus Jirin habiskan sendiri. Dua buah es krim yang sedikit mengobati kerinduan Jirin pada Jongwoon. Dua buah es krim yang harus Jirin habiskan demi Jongwoon.

Jirin tersenyum hambar setelah fokusnya beralih dari bungkusan yang ia tenteng pada jalan raya di mana eksistensi Jongwoon tak terlihat lagi di sana. “Oppa, kurasa aku akan sakit perut setelah ini”

.
.
FIN

Ehm.. Test, test...
Cuman mau bilang kalo ngabisin dua buah es krim sendirian itu nggak enakin banget T_T apalagi harusnya es krim itu buat dimakan berdua...
(psstt.. pengalaman pribadi author :p)
Oke makasih yang sudah mau baca ^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar