Be Happy^^

No More Pain, No More Cry (: (:

Sabtu, 11 Oktober 2014

Without Title

.
.

Kurasa langit akan runtuh.

Kurasa gunung akan hancur.

Kurasa laut akan menyapu daratan.

Ini bukan kiasan. Ini bukan puisi. Ini bukan pantun. Ini bukan fiksi. Ini bukan kisah picisan.

Ini hanya isi hati seorang gadis yang terlampau bodoh dengan cita-cita yang terlampau tinggi. Tidak, ini bukan curahan hati. Terlalu melankolis dan terlalu kekanak-kanakan untuk itu. Entahlah, serangkaian aksara ini apa namanya. Tapi yang jelas aku tak ingin menyebutnya dengan kiasan, puisi, pantun, fiksi ataupun kisah picisan, termasuk curahan hati.

Kenapa langit akan runtuh?

Karena impianku yang telah kubangun sejak masih kanak-kanak dan kubangun dengan megahnya hingga setinggi langit yang tak bisa dijangkau, semuanya seolah menguap dan menghilang menyisakanku sebagai seonggok jiwa tanpa rasa. Langit runtuh bersama impianku.

Kenapa gunung akan hancur?

Karena pada dasarnya untuk mencapai impianku yang setinggi langit aku telah bersusah payah mendaki gunung curam untuk sampai ke puncaknya. Namun segala upayaku tak berujung baik hingga usahaku mendaki puncak gunung itu kandas karena gunung itu runtuh membuatku harus menahan makian yang menyeruak di dalam rongga dadaku.

Kenapa laut menyapu daratan?

Karena segala gambaran serta angan terindah dalam hidupku lenyap tak berbekas hingga aku tak sanggup lagi memiliki pun sedikit imajinasi untuk itu. Segalanya hilang diterjang lautan. Tsunami, mungkin.

Cita. Cinta.

Aku tak tahu definisi dari kedua kata itu. Dua kata sederhana yang terlampau rumit untuk dimengerti bahkan dicapai.

Cita.

Cinta.

Cita.

Cinta.

Cita.

Cinta.

Keduanya tak pernah berujung dan tak pernah berakhir.

Cita. Begitu mendengar kata itu, gejolak di dalam dadaku membuncah. Seakan begitu sakit hingga aku tak bisa bernafas. Aku tak pernah membayangkan pada akhirnya segala ‘cita’ itu harus menelanku dalam lubang hitam yang pengap dan seorang diri hingga tak seorangpun menyadari eksistensiku. Begitu terpuruk sampai aku tak tahu bagaimana rasanya oksigen yang menelusup ke dalam paru-paru.

Cinta. Kata yang begitu agung dan terlampau indah, yang membuatku merasa tak pantas memiliki kata itu. Begitu sakral, begitu bermakna. Cinta yang kurasakan dan tumbuh semenjak pertemuan pertama membuatku lupa untuk mencintai diriku sendiri. Segala ekspektasi dengan berbagai imajiner selalu menjadi temanku setiap hari hingga aku tak bisa membedakan kenyataan dan semu.

Cita. Cinta.

Keduanya tak bisa kuraih. Tak bisa kugenggam. Tak bisa kumiliki. Tak bisa kurasakan lagi.

Aku seperti ‘mati’.

Aku hanya jiwa kosong tanpa cita dan cinta.

Hanya saja aku masih hidup dengan bermodalkan sedikit “harapan” dari keduanya, cita dan cinta. Harapan yang memberiku sedikit jalan temaram di dalam gelapnya tempatku, harapan yang membangkitkan sedikit cahaya agar berpendar untuk menerangiku keluar dari lubang hitam yang sudah lama kutempati.

Meskipun ‘kurasa’ langit kan runtuh;

Meskipun ‘kurasa’ gunung kan hancur;

Meskipun ‘kurasa’ langit kan menyapu daratan.

Aku takkan membiarkan segala prasangka itu menjadi kenyataan yang pada akhirnya membuatku masuk lagi ke dalam lubang gelap. Bersama sedikit ‘harapan’ aku akan keluar dari lubang hitam dan melanjutkan sisa hidupku yang telah direnggut oleh kegagalan dari cita dan cinta di masa lalu.

Meskipun aku harus memulai lagi segalanya dari awal.

Kembali membangun impian menuju luasnya permadani langit. Kembali mendaki curamnya gunung untuk mencapai impian yang sudah kubangun. Dan kembali ber-angan dengan berbagai ekspektasi yang harus kucapai.

Karena pada masanya, semua akan menjadi indah 




By: Aisyah


Tidak ada komentar:

Posting Komentar