Be Happy^^

No More Pain, No More Cry (: (:

Kamis, 19 Maret 2015

It Hurts


Rasanya begitu sesak ketika aku terjebak dalam hubungan yang disebut dengan FRIENDZONE. Aku benci mengakuinya tapi satu tahun terkahir menghabiskan waktu bersamanya cukuplah membuat duniaku penuh dengan berbagai warna di samping mejikuhinibiu. Kini semuanya begitu menyakitkan saat hubungan itu tak bisa dipertahankan karena perasaan berlebihan yang aku miliki.

Awalnya kupikir aku terlalu nyaman bersamanya sebagai teman. Namun lama kelamaan aku tenggelam dalam perasaan melebihi teman dan itu membuatku dibutakan akan inginku terhadapnya. Aku terlalu serakah menganggap ia milikku hingga aku sendiri yang merasakan kecewa yang teramat dalam. Akhirnya mungkin ia jengah denganku dan pergi dari hidupku yang sudah terbiasa dengannya. Kupikir aku bisa melepasnya dengan mudah mengingat kami hanya dalam hubungan FRIENDZONE itu.

Tapi nyatanya kudapati diriku menangis setiap hari –hal yang tak pernah kulakukan sebelumnya selama hidupku- dan tak jarang aku mengelu-elukan namanya disela isakanku berharap kami bisa kembali berteman sampai kami lulus kuliah. Kini aku tak tahu bagaimana berhadapan dengannya. Aku juga tak tahu apa yang harus kulakukan ketika eksistensinya di dalam kelas namun aku tak bisa mengucapkan sepatah katapun padanya. Tak ada lagi ia yang tertawa di depanku. Tak ada lagi senyumnya yang membuat hari-hariku terasa menyenangkan.

Berat badanku turun saat aku demam dua minggu yang lalu. Tapi belakangan kuketahui aku tak berselera makan dan uring-uringan menjalani hidup karena aku begitu merindukannya. Tak ada lagi pesan singkat selamat malam darinya. Tak ada lagi ia yang menelponku berjam-jam. Tak ada lagi kami yang pulang kuliah bersama. Dan itu benar-benar-menyakitkan!

Pernah aku berpikir mungkin hal itu tak berlangsung lama dan kami akan kembali seperti dulu lagi. Namun kenyataan yang terjadi sebaliknya. Ia makin menjauhiku setiap harinya. Seolah kami adalah orang asing yang tak pernah mengenal. Benar-benar orang asing. Adakah ia sedikit saja mengingatku dan sedikit saja merindukanku?

Masih sama seperti kemarin. Aku menangis saat namanya terlintas di benakku. Aku tak bisa menahan air mataku saat kenangan bersamanya muncul dari memoriku. Aku tak bisa berpura-pura tertawa disaat aku begitu membutuhkannya. Aku menginginkannya di sisiku. Bukan sekejap saja seperti yang sering dilantunkan lagu-lagu sedih. Aku ingin ia di sisiku untuk waktu yang tak terhingga. Saling menggenggam tangan satu sama lain dan saling tertawa satu sama lain.

Jika memilih antara makanan dan dirinya, aku tentu akan memilih makanan. Tidak, itu bukan berarti aku tak menginginkannya. Aku memilih makanan namun dengan ia yang berada di sampingku dan menemaniku makan. Berlebihankah inginku ini? Aku terus mencoba melepaskan perasaan berlebih ini sehingga kami bisa dengan leluasa berteman.

Tapi sekarang apa yang bisa aku lakukan meskipun aku sudah melepaskan perasaanku jika ia tak lagi ada untukku? ;(

Tak bisakah piring yang retak dan hampir pecah itu diperbaiki?

Sungguh begitu menyakitkan dan menyiksaku. Menyakitkan saat aku bisa melihatnya namun aku tak bisa berbicara dengannya. Menyakitkan saat aku bisa melihatnya berjalan di depanku namun aku tak bisa berjalan di sampingnya. Menyakitkan saat melihatnya tertawa namun aku tak bisa tertawa bersamanya.

Betapa mirisnya hati ini mengingat kenangan kami yang tak terhitung jumlahnya. Dia yang sudah menghiasi malam-malam tergelapku namun kenyataannya tak lagi ada eksistensinya untukku.

Bisakah kita kembali berteman? Tak apa meskipun memulai dari awal.

Bisakah?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar