Be Happy^^

No More Pain, No More Cry (: (:

Kamis, 21 Agustus 2014

(Fanfiction) Different

Different
.
.

Author:
Aisyah a.k.a Cloudisah

Cast:
B.A.P’s Yoo Young Jae
B.A.P’s Jung Daehyun

Genre: Friendship, Slight!Surrealism  Rating: Teen  Lenght: Ficlet

.
.
###

Sejak dua puluh dua menit yang lalu pembicaraan mereka berputar di situ-situ saja. Selesai dari A sampai Z, lalu kembali lagi ke A, dan begitu seterusnya hingga sampai sekarang Young Jae tetap tak berniat menghentikan pembicaraannya meskipun terlihat jelas yang menjadi lawan bicaranya sudah menunjukkan wajah bosan.

“Mereka terlalu memilih-milih teman.” Selesai mengatakan kalimat itu, Young Jae mengenggak habis isi gelasnya. Bukan mochaccino, bukan teh hijau, bukan pula segelas soju. Hanya air putih yang ia rebus tadi pagi sebelum pergi ke kampus.

“Aku tahu”

“Kau tahu, bahkan saat pembagian kelompok presentasi tak ada yang memilihku dalam kelompok mereka”

“Aku tahu”

“Mereka tak menginginkan eksistensiku Daehyun-ah,” Young Jae mendesah berat.

“Aku tahu”

Young Jae menatap jengah pada Daehyun yang juga menatapnya dengan ekspresi datar. “Haiiish, apa yang kau ketahui memangnya huh?”

Daehyun memperbaiki posisi duduknya, “Aku tahu karena kau sudah mengatakannya tiga kali. Dan ini yang keempat.” Daehyun mendongakkan wajahnya menatap langit yang tidak begitu cerah sore ini, persis suasana hati Young Jae. “Jadi bisakah kita alihkan topik pembicaraannya?,” lanjut Daehyun ketika tak ada reaksi yang berarti dari pria di hadapannya yang lebih muda beberapa bulan darinya itu.

“Aku kan hanya ingin berbagi kisah Jung Daehyun.. ckkk

Daehyun nampak berpikir sejenak. Ia tahu masalah Young Jae bukanlah masalah yang mudah dicarikan solusinya. Lantas karena tak menemukan jalan keluar untuk sahabatnya itu, ia lebih memilih diam dan membiarkan Young Jae melanjutkan kalimat demi kalimatnya.

“Jika hanya aku yang diperlakukan seperti itu, aku tak masalah. Tapi jika sudah menyangkut Ayahku, aku tidak bisa tinggal diam.”

Ucapan Young Jae barusan berhasil membuat Daehyun menatap penuh tanya padanya. Pasalnya sejak pertama mereka berbincang puluhan menit yang lalu baru kali ini akhirnya Young Jae membahas hal lain selain dirinya yang terus dijauhi teman-teman sekelasnya. “Maksudmu?”

Young Jae kembali mendesah, entah sudah berapa kalinya pria itu mendesah selama kurang dari tiga puluh menit yang ia habiskan bersama Daehyun. “Memangnya aku belum mengatakannya tadi?”

Hanya gelengan sebagai jawaban atas pertanyaan Young Jae tersebut. Daehyun masih tetap menatapnya dengan rasa ingin tahu.

“Aku mendengar mereka mengatakan Ayahku adalah seorang pria miskin tak tahu malu yang berani menguliahkan anaknya di kampus mereka. Aku benar-benar tak habis pikir... Memangnya siapa mereka seenaknya mengatakan Ayahku seperti itu? Mereka tak tahu bagaimana Ayahku berjuang mencari uang untuk membantu biaya kuliahku meskipun pada akhirnya aku membiayai kuliahku dengan uangku sendiri dengan gaji yang kuterima tiap bulan di restoran. Mereka tak tahu bagaimana Ayahku berusaha membuat kami anak-anaknya agar  bisa mengenyam pendidikan yang lebih tinggi darinya. Mereka semua bodoh Daehyun-ah, mereka bodoh...,” Young Jae berusaha menekan agar air yang menggenang di pelupuk matanya tidak jatuh begitu saja.

Daehyun menatap iba pada Young Jae yang kini mulai membenamkan wajahnya pada kedua kakinya yang ditekuk. Daehyun ingin sekali memeluk Young Jae, menenangkannya agar pria itu tak perlu sedih lagi karena Young Jae memilikinya yang selalu bersedia mendengarkan keluhnya. Tapi pada akhirnya ia hanya bisa menatap pada Young Jae yang kini mulai terdengar isakan kecil yang keluar dari mulutnya.

“Young Jae-ah, gwaenchana?,” Daehyun semakin khawatir melihat Young Jae, pria yang sudah ia kenal sejak mereka masih kecil, pria yang ia tahu sangat kuat. Bahkan selama ia mengenal Young Jae, baru kali ini ia melihat pria itu menangis.

Hmmm, nan gwaenchana...” samar-samar Daehyun mendengar suara Young Jae yang masih saja membenamkan wajah tampannya pada kedua lututnya.

“Young Jae-ah... kau tahu tidak, di duniaku aku juga sering dijauhi teman-temanku,” Daehyun bermonolog karena Young Jae masih belum mau menatapnya. “Aku tidak sehebat mereka yang bisa mengubah diri mereka menjadi makhluk lain. Hanya karena aku tak sehebat mereka, mereka tidak mau menjadi temanku”

Masih tak ada reaksi dari Young Jae. Daehyun tahu, Young Jae memang terlampau lelah dengan semua yang ia alami. “Itulah sebabnya aku sering bermain ke duniamu dan bersamamu. Karena kau satu-satunya temanku yang mau menjadi temanku apa adanya aku”

Kini giliran Daehyun yang mendesah. Pria itu kemudian tersenyum menampilkan wajah tampannya yang semakin tampan kala tersenyum. “Young Jae-ah, aku memang tak bisa membantumu. Tapi kau jangan bersedih karena aku akan selalu menjadi temanmu sampai kapanpun. Aku tak pernah memperdulikan bagaimanapun keadaanmu, karena kau adalah kau. Kau temanku meskipun kita makhluk yang berbeda, dan dari dunia yang berbeda”

Perlahan Young Jae mendongakkan wajahnya, matanya sedikit merah dan terlihat jelas pria itu berusaha menahan isakannya. Daehyun masih menatapnya dengan tersenyum, meyakinkan Young Jae bahwa semuanya akan baik-baik saja.

“Young Jae-ah... Kau tidak ingin mereka menghina Ayahmu kan? Kalau begitu, kau tunjukkan pada mereka siapa yang pantas dihina. Tunjukkan bahwa kau bisa lebih hebat dari mereka, bahkan jauh lebih hebat dari mereka. Apapun yang terjadi di kampus, meskipun mereka selalu menjauhimu, tetaplah belajar dengan rajin. Kau pasti bisa. Tunjukkan betapa kau bisa membuat Ayahmu bangga padamu  nae chingu

Young Jae berusaha menarik kedua sudut bibirnya. Daehyun memang selalu menanangkannya di saat ia mengalami masa sulit. Young Jae tahu, Daehyun tulus menjadi temannya. Tidak seperti teman-teman manusianya yang hanya berteman dengannya di saat mereka perlu.

“Apakah karena aku berbeda dari mereka, sehingga mereka tak mau berteman denganku Daehyun-ah? Apakah karena aku hanya orang miskin sehingga mereka tak mau berada di dekatku?”

Hmmm, entahlah. Aku tak mengerti jalan pikiran manusia. Mungkin kau benar, mereka hanya ingin berteman dengan orang yang sama dengan mereka. Keundae, Young Jae-ah... apa kau memang menginginkan mereka menjadi temanmu?”

Young Jae mengerjapkan matanya. Pertanyaan Daehyun barusan tak pernah terpikirkan olehnya selama ini. Daehyun benar, apa ia memang sungguh menginginkan berteman dengan orang-orang seperti itu?

“Hey, Yoo Young Jae.... Kau melamun?,” Daehyun mengibaskan tangannya di depan wajah Young Jae membuat pria itu kembali mengerjapkan matanya.

Engg, Daehyun-ah kau benar. Aku tidak benar-benar ingin menjadi teman mereka. Toh lagi pula aku tak membutuhkan orang-orang seperti itu, mereka hanya membuatku sakit kepala. Melihat mereka yang selalu berganti-ganti mode mengikuti trend, mereka yang selalu membuang uang di cafe dan tempat karaoke, mereka yang hanya menginginkan orang yang setara dengan mereka”

Daehyun mengangguk pelan.

“Mereka tak berguna buatku”

“Kalau begitu mulai sekarang tak perlu kau khawatirkan lagi perlakuan mereka padamu. Kau hanya perlu fokus belajar dan menjadi yang terbaik melebihi mereka, arra?”

Young Jae kini tak dapat menahan senyumannya. “Ne, arraseo Daehyun-ah

“Baiklah masalah selesai. Kalau begitu aku pergi dulu, besok aku akan kembali lagi,” Daehyun berniat beranjak dari duduknya sebelum suara Young Jae menginterupsinya dan membuatnya mengurungkan niatnya untuk pergi.

“Tapi Daehyun, apa kau selamanya tidak bisa kusentuh? Apa kau tidak bisa juga berubah menjadi manusia?”

Daehyun memutar bola matanya malas. “Lalu kenapa kalau aku tidak bisa berubah seperti teman-temanku? Kau tidak mau berteman lagi denganku? Kan dari dulu sudah kukatakan kalau kemampuanku tidak sehebat mereka yang bisa merubah wujudku menjadi makhluk lain,” ketus Daehyun.

Young Jae terkekeh pelan, “Iya-iya aku tahu. Bagaimanapun dirimu, kau adalah teman terbaikku,” Young Jae mengacungkan kedua ibu jarinya. “Kalau begitu pergilah, kau bilang tadi ingin pergi kan?”

Ckk... Jadi kau mengusirku huh? Baiklah-baiklah aku pergi dulu. Kau jangan menangis seperti tadi ya, mau kau taruh di mana harga dirimu sebagai pria, hahaha,” Daehyun lantas segera menghilang dan angin pelan seketika berhembus menyisakan Young Jae yang duduk sendirian di teras belakang rumahnya.

Daehyun benar, Young Jae tak memerlukan teman seperti mereka. Orang-orang yang selalu menjauhinya hanya karena ia berbeda dari mereka. Lagi pula selama ada Daehyun yang selalu bersamanya ia tak kesepian meskipun mereka makhluk yang berbeda.

“Jung Daehyun, tetaplah jadi temanku. Selamanya”

.
.
FIN
###

Hyeeey...
Ini pertama kalinya aku bikin fanfiction B. A. P, hahahahaaahh.... Nggak tau kenapa beberapa hari ini aku kebayang mulu muka cakepnya Daehyun Oppa dan Young Jae, jadi tetiba aja gitu bikin ff ini.
Seperti biasa, yang sudah mau baca kansahamnidaaaa ^^
/pelukciumDaehyun/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar